Ukraina Ingin Bertemu Dalam Waktu 48 Jam, Menlu Kuleba Sebut Rusia Harus Penuhi Komitmen Transparansi Militer
Menlu Ukraina Dmytro Kuleba. (Wikimedia Commons/Едуард Крижанівський)

Bagikan:

JAKARTA - Ukraina telah menyerukan pertemuan dengan Rusia dan anggota lain dari kelompok keamanan utama Eropa, seiring meningkatnya ketegangan di perbatasannya.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Rusia telah mengabaikan permintaan resmi untuk menjelaskan penambahan pasukan. Dia mengatakan, langkah selanjutnya adalah meminta pertemuan dalam 48 jam ke depan, untuk transparansi tentang rencana Rusia.

Diketahui, Rusia telah membantah rencana untuk menyerang Ukraina, meskipun ada penambahan sekitar 100.000 personil tentara di perbatasan Ukraina.

Tetapi, dengan Amerika Serikat (AS) mengatakan Moskow dapat memulai dengan pemboman udara 'kapan saja', lebih dari selusin negara telah mendesak warganya untuk meninggalkan Ukraina.

Duta Besar Ukraina di London, Vadym Prystaiko, telah menarik kembali komentar yang dia buat kepada BBC, di mana dia mengatakan Ukraina bersedia untuk 'fleksibel' pada ambisinya untuk bergabung dengan NATO, yang akan menjadi konsesi besar bagi Rusia.

Ukraina telah mengajukan permintaan melalui Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) kepada, Rusia untuk menjelaskan peningkatan pasukannya. Di bawah Dokumen Wina, di mana Rusia adalah salah satu pihak, anggota OSCE dapat meminta informasi tentang kegiatan militer anggota.

militer ukraina
Ilustrasi militer Ukraina. (Wikimedia Commons/Ministry of Defense of Ukraine)

"Jika Rusia serius ketika berbicara tentang keamanan yang tidak dapat dipisahkan di ruang OSCE, ia harus memenuhi komitmennya terhadap transparansi militer untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan keamanan untuk semua," kata Menteri Luar Negeri Kuleba, melansir BBC 14 Februari.

Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, yang mengkritik 'kepanikan' dapat menyebar dari klaim semacam itu, mengatakan dia tidak melihat bukti, Rusia merencanakan invasi dalam beberapa hari mendatang.

Pada Hari Minggu, dia berbicara selama hampir satu jam melalui telepon dengan Presiden AS Joe Biden. Gedung Putih mengatakan, Presiden Biden telah menegaskan kembali dukungan AS untuk Ukraina, dengan kedua pemimpin telah sepakat tentang 'pentingnya melanjutkan diplomasi dan pencegahan'.

Pernyataan panggilan telepon Ukraina mengatakan, Presiden Zelenskiy telah berterima kasih kepada AS atas 'dukungan tak tergoyahkan' dan pada akhirnya, mengundang pemimpin AS untuk datang ke Ukraina. Belum ada komentar atas undangan dari Gedung Putih.

Sementara, panggilan telepon selama satu jam antara Presiden Biden dan pemimpin Rusia Vladimir Putin sehari sebelumnya, gagal menghasilkan terobosan terkait ketegangan di perbatasan Ukraina.

Dalam upaya terbaru untuk menemukan solusi diplomatik, Kanselir Jerman Olaf Scholz berencana menggelar pertemuan dengan Presiden Zelenskiy di Kyiv pada Hari Senin, serta dengan Presiden Putin di Moskow pada Hari Selasa.

Kanselir Scholz telah memperingatkan konsekuensi ekonomi yang parah bagi Rusia jika harus meluncurkan invasi, menggemakan pernyataan oleh negara-negara Barat lainnya dan anggota aliansi militer NATO. Namun, para pejabat Berlin telah meremehkan harapan akan adanya terobosan.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berencana mengadakan pembicaraan diplomatik baru di seluruh Eropa untuk membawa Rusia "kembali dari ambang" perang.

Terpisah di Washington, Penasihat Keamanan Nasional Presiden Biden, Jake Sullivan mengatakan, invasi dapat dimulai 'kapan saja sekarang'.

Sullivan mengatakan, AS sedang memantau dengan cermat kemungkinan operasi 'bendera palsu' oleh Moskow, sebagai dalih untuk invasi skala penuh sehingga dapat mengklaim pihaknya menanggapi agresi Ukraina.

Untuk diketahui, Rusia berpendapat penumpukan pasukannya di sepanjang perbatasan Ukraina adalah urusannya sendiri, di dalam wilayahnya sendiri. Pada Hari Minggu, pejabat senior kebijakan luar negeri Yuri Ushakov menandai peringatan AS tentang invasi yang akan segera terjadi, sebagai 'histeria telah mencapai puncaknya'.