Tak Lulus Perguruan Tinggi Tapi Jadi Tentara Bayaran Terkenal, 'Algojo' Rusia Tewas di Tangan <i>Sniper</i> Ukraina saat Misi Pengintaian
Vladimir Andonov. (Twitter/@MrKovalenko)

Bagikan:

JAKARTA - Pasukan Rusia di Ukraina kembali mendapatkan kabar 'kurang sedap', setelah salah satu tentara bayaran andalannya disebut tewas di tangan sniper atau penembak runduk Ukraina.

Vladimir Andonov (44) bukan tentara bayaran biasa. Ia terkenal karena membantai tawanan perang dan warga sipil di Donbas, Ukraina timur. Bergabung dengan kelompok tentara bayaran dalam Wagner Group, Andonov disebutkan media tewas ditembak Sniper Ukraina, saat misi pengintaian pada 5 Juni.

Dikutip dari Daily Mail 8 Juni Andonov dikenal oleh orang Rusia sebagai 'Vakha' atau 'sukarelawan dari Buryatia' setelah wilayah asalnya. Tetapi bagi orang Ukraina, ia dikenal sebagai 'algojo', terkait pembantaian yang dia bantu lakukan selama invasi pertama Rusia ke negara itu pada tahun 2014.

Kematian Andonov dikonfirmasi oleh Zhambal-Zhamso Zhanaev, kepala wilayah asal Andonov, yang berbicara kepada surat kabar Rusia Moskovskij Komsomolets.

Jauh sebelum kabar kematiannya, Andonov telah bertugas di militer reguler Rusia dari tahun 1997 hingga 2005. Kemudian, dia pindah ke Kota Ulan-Ude di mana dia belajar di sebuah perguruan tinggi pengajaran.

Dia putus sekolah sebelum menyelesaikan studinya, tetapi mendapat pekerjaan di bidang perdagangan, sebelum akhirnya menjawab panggilan sukarelawan untuk pergi ke Ukraina dan bergabung dalam pertempuran pada tahun 2014.

Andonov direkrut ke dalam kompi pasukan khusus Olkhon yang bertempur di Donbas, dan ambil bagian dalam Pertempuran Debaltseve pada awal 2015, salah satu pertempuran besar terakhir dari perang pertama di Ukraina timur.

Pada saat itu, ia muncul dalam sebuah video yang direkam di wilayah tersebut yang menjadi salah satu bukti pertama, sukarelawan dari Buryatia berada di Ukraina.

Sementara, Ukraina menuduhnya secara pribadi berpartisipasi dalam pembantaian tawanan perang di kota Logvinovo setelah pertempuran, dan membunuh warga sipil di tempat lain di Donbas.