Sayangkan Dunia Baru Perhatikan Cacar Monyet di Negara Non-Endemik, WHO: di Afrika Ada 1.400 Kasus dengan 66 Kematian
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Wikimedia Commons/ITU Pictures)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut dunia memberi perhatian saat kasus cacar monyet terjadi di negara-negara non-endemik, sementara jumlah kasus yang lebih besar terjadi di negara-negara yang menjadi endemik penyakit tersebut.

Ada lebih dari 1.000 kasus cacar monyet yang dilaporkan ke WHO dalam wabah saat ini di luar negara-negara di Afrika tempat penyebarannya lebih umum.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, risiko cacar monyet menjadi berkembang di negara-negara non-endemik itu nyata, tetapi dapat dicegah pada saat ini.

Sejauh ini, dua puluh sembilan negara telah melaporkan kasus dalam wabah saat ini, yang dimulai pada Mei. Kendati demikian, tidak ada yang melaporkan kematian.

Pada konferensi pers di Jenewa, Tedros juga mengatakan ada lebih dari 1.400 kasus yang diduga cacar monyet tahun ini di Afrika dan 66 kematian.

"Sangat disayangkan cerminan dunia tempat kita hidup saat ini masyarakat internasional baru memperhatikan monkeypox karena telah muncul di negara-negara berpenghasilan tinggi," ungkapnya, melansir Reuters 9 Juni.

Dia mengatakan, wabah itu menunjukkan tanda-tanda penularan komunitas di beberapa negara. Untuk itu, WHO menurutnya merekomendasikan orang dengan monkeypox mengisolasi di rumah.

Sementara itu, Rosamund Lewis, pimpinan teknis WHO untuk wabah cacar monyet mengatakan,'kontak dekat antarpribadi' adalah cara utama penyebaran penyakit tersebut, meskipun dia menambahkan risiko penularan aerosol belum sepenuhnya diketahui. Namun, oetugas kesehatan yang merawat pasien cacar monyet harus memakai masker, katanya.

Selain itu, kasus masih didominasi pria yang berhubungan seks dengan pria, WHO menambahkan, meskipun kasus pada wanita telah dilaporkan. Untuk itu, badan PBB bekerja dengan organisasi termasuk AIDS PBB dan kelompok masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan menghentikan penularan.

Vaksinasi pasca pajanan, termasuk untuk petugas kesehatan atau kontak dekat, termasuk pasangan seksual - idealnya dalam empat hari pajanan - dapat dipertimbangkan untuk beberapa negara, tambah WHO.

Pejabat senior WHO Sylvie Briand mengatakan, badan tersebut menilai potensi vaksin yang ditimbun terhadap cacar, dengan kemudian menghubungi produsen dan negara-negara yang sebelumnya telah menjanjikan vaksin.

Vaksin yang digunakan dirancang untuk melawan cacar, virus terkait yang lebih berbahaya yang dibasmi dunia pada tahun 1980, tetapi juga berfungsi untuk melindungi dari cacar monyet, menurut penelitian.