Bagikan:

JAKARTA - Pakar penyakit Afrika Selatan tidak melihat perlunya kampanye vaksinasi massal secara global terhadap cacar monyet, atau percaya bahwa kasus akan meledak dengan cara yang sama seperti COVID-19.

Hingga Rabu, Afrika Selatan belum mencatat kasus yang dikonfirmasi atau dicurigai sebagai cacar monyet, infeksi virus ringan yang endemik di beberapa bagian Afrika Barat dan Tengah.

Tetapi, otoritas kesehatan setempat waspada, setelah lebih dari 200 kasus yang diduga dan dikonfirmasi dari virus, mayoritas di Eropa, telah terdeteksi di setidaknya 19 negara sejak awal Mei.

Varian cacar monyet yang terlibat dalam wabah saat ini memiliki tingkat kematian kasus sekitar 1 persen, meskipun sejauh ini tidak ada kematian yang dilaporkan.

"Saat ini, kami tidak benar-benar membutuhkan kampanye vaksin massal,” Adrian Puren, direktur eksekutif Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) Afrika Selatan, mengatakan pada konferensi pers, melansir Reuters 25 Mei.

Lebih jauh Puren mengatakan, penggunaan vaksin harus diprioritaskan untuk infeksi lain yang lebih patogen atau mematikan.

"Kita perlu agenda vaksin apa yang harus diprioritaskan dan bagaimana pendekatannya, karena sekali lagi ada keterbatasan jumlah pembiayaan yang bisa masuk ke vaksin," papar Puren.

"Saya mengerti tekanannya, tapi saya pikir dalam konteks khusus ini kita hanya perlu berhati-hati," tandasnya.

Sementara itu, Jacqueline Weyer dari NICD's Center for Emerging Zoonotic and Parasitic Diseases mengatakan, dia yakin wabah cacar monyet saat ini di luar Afrika dapat diatasi lebih cepat melalui pengujian, pelacakan kontak, pemantauan dan isolasi daripada melalui vaksinasi.

Dia mengatakan, di antara 11 kasus cacar monyet yang tunduk pada pengurutan genom, hampir tidak ada perubahan dari kasus virus yang diakui di Nigeria dalam beberapa tahun terakhir.

"Jadi tidak ada yang aneh, tidak ada yang belum pernah kita lihat sebelumnya kecuali sekarang terjadi di tempat yang berbeda," tandasnya.

Cacar monyet tidak begitu menular seperti virus yang menyebabkan COVID-19 dan otoritas kesehatan dapat mengatasinya dengan menerapkan teknik serupa, dengan yang digunakan untuk mengendalikan penyebaran Ebola, tambah Weyer.

Sementara itu, Profesor Universitas Oxford Moritz Kraemer mengatakan pada seminar terpisah, sangat sulit untuk memprediksi lintasan kasus cacar monyet.

"Terlalu dini untuk melakukan pemodelan apa pun," tukasnya.

Pertanyaan kunci yang masih perlu dijawab meliputi: ketika orang menularkan cacar monyet, apakah itu menular sebelum gejalanya terlihat, berapa banyak kontak dekat yang kemudian dites positif dan seberapa cepat mereka dites positif, kata Kraemer, menambahkan jawaban akan diperlukan untuk pemodelan yang kuat.