Rusia Gempur Habis-habisan Donbas, Kementerian Pertahanan Ukraina: Nasib Negara Mungkin Sedang Ditentukan di Sana
Ilustrasi regu penyelamat berusaha memadamkan api di bangunan Ukraina yang terkena serangan Rusia. (Wikimedia Commons/dsns.gov.ua/Main Directorate of the State Emergency Service of Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Pasukan Rusia melancarkan serangan habis-habisan pada Hari Selasa untuk mengepung pasukan Ukraina di kota kembar timur, pertempuran yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan kampanye utama Moskow di jantung industri Donbas.

Rusia berusaha merebut dua provinsi Donbas yang diklaim separatis, Donetsk dan Luhansk, mengurung pasukan Ukraina di sebuah kantong di front timur utama.

Pasukan Rusia menguasai tiga kota di wilayah Donetsk termasuk Svitlodarsk, kata gubernur regional Pavlo Kyrylenko kepada afiliasi lokal Radio Free Europe/Radio Liberty.

"Situasi di front (timur) sangat sulit karena nasib negara ini mungkin sedang diputuskan (di sana) sekarang," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina Oleksandr Motuzyanyk, melansir Reuters 25 Mei.

Bagian paling timur dari kantong Donbas yang dikuasai Ukraina, kota Sievierodonetsk di tepi timur Sungai Donets Siverskiy dan kembarannya Lysychansk di tepi barat, telah menjadi medan perang penting di sana. Pasukan Rusia maju dari tiga arah untuk mengepung mereka.

"Musuh telah memfokuskan upayanya untuk melakukan serangan untuk mengepung Lysychansk dan Sievierodonetsk," ungkap Serhiy Gaidai, gubernur Provinsi Luhansk, di mana kedua kota tersebut termasuk di antara wilayah terakhir yang masih dipegang oleh Ukraina.

Militer Ukraina mengatakan telah menangkis sembilan serangan Rusia pada hari Selasa di Donbas, di mana pasukan Moskow telah menewaskan sedikitnya 14 warga sipil, menggunakan pesawat, peluncur roket, artileri, tank, mortir dan rudal. Reuters tidak dapat segera memverifikasi informasi tersebut.

Pertempuran Donbas mengikuti kemenangan terbesar Rusia dalam beberapa bulan: penyerahan minggu lalu dari garnisun Ukraina di pelabuhan Mariupol setelah pengepungan di mana Kyiv yakin puluhan ribu warga sipil tewas.

Petro Andryushchenko, ajudan walikota Ukraina Mariupol yang sekarang beroperasi di luar kota yang dikuasai Rusia, mengatakan korban tewas masih ditemukan di reruntuhan.

Sekitar 200 mayat yang membusuk terkubur dalam puing-puing di ruang bawah tanah satu gedung tinggi, katanya. Penduduk setempat menolak untuk mengambilnya dan pihak berwenang Rusia telah meninggalkan situs tersebut, meninggalkan bau busuk di seluruh distrik.

Diketahui, tiga bulan setelah invasi, Moskow masih memiliki keuntungan terbatas untuk menunjukkan kerugian militer terburuknya dalam beberapa dekade, sementara sebagian besar Ukraina telah menderita kehancuran dalam serangan terbesar di negara Eropa sejak 1945.

Lebih dari 6,5 juta orang telah melarikan diri ke luar negeri, ribuan yang tak terhitung jumlahnya telah terbunuh dan kota-kota telah menjadi puing-puing.

Perang juga telah menyebabkan kekurangan pangan dan melonjaknya harga karena sanksi dan rantai pasokan yang terganggu. Baik Ukraina maupun Rusia adalah pengekspor utama biji-bijian dan komoditas lainnya.