IDI Rekomendasikan MVA-BN Sebagai Vaksin Cacar Monyet, Siapa yang Berhak Menerimanya?
Ilustrasi. (Pixabay).

Bagikan:

YOGYAKARTA – Pengurus Besar Ikatan Doker Indonesia (PB IDI) menyebut vaksin cacar (smallpox) generasi ketiga, Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN) bisa dipergunakan sebagai vaksin cacar monyet.

Ketua Satuan Tugas Monkeypok PB IDI, Hanny Nilasari mengatakan, vaksin MVA-BN bisa menekan penyebaran virus cacar monyet di Tanah Air.

"Vaksin yang kami rekomendasikan adalah MVA-BN, dengan mempertimbangkan efikasi dan keamanannya," kata Hanny, menyadur VOI.

Hanny menilai, vaksin MVA-BN aman diberikan kepada pasien monkeypox dengan kondisi immunocompromised atau yang memiliki kelainan imunitas bawaan. Selain itu, MVA-BN juga aman diberikan kepada pasien berusia di atas 18 tahun, anak-anak, hingga wanita hamil.

"Jadi ini efektif dan aman digunakan untuk pasien dengan berbagai macam usia dan berbagai macam kondisi," ujar Hanny.

Meski tidak akan meniadakan infeksi secara total hingga 100 persen, Hanny mengatakan pemberian vaksin terbaik tentu akan meminimalisir terjadinya komplikasi lebih lanjut. Sebagai informasi, komplikasi yang paling sering dilaporkan pada pasien cacar monyet sejauh ini adalah terkait susunan saraf pusat.

"Meskipun ini masih dalam penelitian untuk mencari penyebab mengapa infeksi bisa berkomplikasi menyerang susunan syaraf pusat. Jadi kita berharap dengan vaksinasi, komplikasi menjadi lebih ringan atau bahkan kalau pasien terinfeksi dia tidak akan ada komplikasi," ujar dia.

Lantas, Siapakah yang Berhak Mendapatkan Vaksin Cacar Monyet?

Ilustrasi Vaksinasi
Ilustrasi Vaksinasi (Antara). 

Terkait hal ini, Hanny menyebut pihaknya tidak merekomendasikan untuk digunakan secara luas, namun fokus kepada tiga kelompok prioritas, antara lain:

  • Tenaga kesehatan terutama yang melakukan pemeriksaan secara dekat dengan infeksi
  • Orang-orang yang melakukan kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif
  • Orang-orang yang melakukan kontak seksual dengan berganti-ganti pasangan atau multi partner serta kelompok homoseksual.

Vaksin Cacar Monyet tidak Perlu Digunakan Secara Masal

Hanny menuturkan, MVA-BN sebagai vaksin cacar monyet tak perlu digunakan secara massal, mengingat Indonesia sudah bebas dari penyakit cacar sejak 1980-an.  

"Memang proteksi untuk vaksinasi smallpox terhadap virus monkeypox ini dilaporkan 85 persen. Saya rasa dengan menjaga imunitas pasien dan mengidentifikasi pasien dan mengobatinya secara komprehensif, tidak perlu vaksinasi secara massal," ujar Hanny.

"Jadi masih harus dikaji apakah memang diindikasikan vaksinasi smallpox ini digunakan secara luas di Indonesia karena terbukti di Indonesia cacar sudah tidak ada," lanjutnya.

Untuk itu, Hanny pun mengusulkan bahwa pemberian obat antivirus dan vaksin untuk cacar monyet sebaiknya didesentralisasikan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang ditunjuk, agar pemberiannya dapat lebih efisien dan tepat sasaran untuk kelompok yang berisiko. Apalagi, mengingat produksi vaksin cacar monyet saat ini masih sangat terbatas.

"Obat antivirus dan vaksin sebaiknya didesentralisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang ditunjuk dengan alur permintaan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sehingga tidak didistribusikan langsung ke rumah sakit," ujar Hanny.

Vaksin Cacar Monyet Diberikan kepada Kelompok Berisiko Tinggi

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan RI menetapkan sasaran vaksin cacar monyet diberikan kepada populasi berisiko tinggi demi mencegah penularan serta gejala berat saat terinfeksi virus monkeypox.

"Sasaran, menurut epidemiolog, adalah orang berisiko tinggi sehingga perlu divaksin. Jadi nanti dilihat populasi yang perlu divaksin," kata Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes) Kemenkes RI Rizka Andalusia pada 15 September lalu, dikutip dari Antara.

Ia mengatakan Kemenkes telah melakukan kontrak pemesanan 2.000 dosis Vaksin cacar monyet yang diperkirakan tiba di Indonesia pada tahun ini.