IDI Sebut Vaksin Cacar Monyet Belum Diperlukan di Indonesia
ILUSTRASI ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Satgas Monkeypox Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Hanny Nilasari menyebut sampai saat ini Indonesia belum memerlukan penggunaan vaksin khusus cacar monyet (monkeypox). Meskipun, dalam beberapa waktu terakhir terdapat kasus-kasus suspek cacar monyet.

"Karena cacar monyet ini bukan endemi di Indonesia. Sampai sekarang, vaksin untuk yang sehat belum direkomendasikan," kata Hanny dalam diskusi virtual, Jumat, 5 Agustus.

Saat ini, ada dua vaksin cacar monyet yang sudah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau The United States Food and Drug Administration (FDA). Kedua vaksin tersebut adalah JYNNEOS dan ACAM2000.

Namun, mengingat belum ada kasus cacar monyet yang ditemukan di Indonesia, Hanny menyebut kedua vaksin tersebut belum dibutuhkan di Tanah Air sampai beberapa waktu mendatang.

"Tapi, di kita optimal. Misalnya ada satu kasus saja, IDI akan dorong supaya disedikan vaksinasi atau hal-hal terkait pencegahaan," ucap Hanny.

"Kalau upaya primer kan kita sudah tahu, harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menghindari kontak dengan binatang, lalu orang-orang dari perjalanan harus mengidentifikasi dirinya. Jadi, untuk vaksinasi ini, tetap kami rekomendasikan jika dibutuhkan," lanjutnya.

Kementerian Kesehatan menyatakan ada 10 kasus suspek cacar monyet. Namun, 9 kasus di antaranya telah dinyatakan negatif. Sementara, 1 kasus suspek baru masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan status darurat kesehatan masyarakat global terkait penyakit cacar monyet. Saat ini terdapat lebih dari 18.000 kasus cacar monyet secara global di 78 negara, mayoritas di Eropa.

Dalam hal ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran agar waspada terhadap cacar monyet di negara non endemik. Nantinya, ada jalur pembatasan untuk melakukan pengawasan ketat sejak dini.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan bahwa anak lebih rentan terpapar virus cacar monyet atau monkeypox. Namun, bukan berarti orang dewasa bisa terhindar dari penyakit ini.

Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan Indonesia memiliki potensi besar terhadap penyakit Monkeypox, terutama di populasi yang berisiko tinggi seperti penyuka sesama jenis hingga pekerja seks komersial.

"Komunitas itu ada di semua negara dan 96 persen kasus Monkeypox memang dari kontak dengan kelompok tersebut, dan di Indonesia ada kelompok tersebut," ucap Dicky.