JAKARTA – Penyakit zaman sekarang semakin aneh-aneh saja. Setelah dua tahun Indonesia dan seluruh dunia diporak-porandakan pandemi COVID-19, muncul Hepatitis Akut Baru. Penyakit yang menyerang anak-anak usia bayi hingga remaja ini biasa disebut Hepatitis Akut Misterius. Eh, sekarang muncul Cacar Monyet yang dikhawatirkan menjadi wabah.
Urusan Hepatitis Akut Misterius belum tuntas, Monkeypox Virus atau di Indonesia disebut sebagai Cacar Monyet muncul. Akibat geger soal Cacar Monyet ini, Arab Saudi yang baru saja membuka wilayahnya untuk ibadah umroh dan haji sampai harus mengeluarkan larangan bagi warganya untuk bepergian ke 16 negara, salah satunya Indonesia!
Dikutip dari Saudi Gazette pada Senin 23 Mei 2022, ke-16 negara yang oleh Pemerintah Arab Saudi dilarang untuk dikunjungi warganya adalah: Afghanistan, Armenia, Belarusia, Ethiopia, Indonesia, India, Iran, Lebanon, Libya, Republik Demokratik Kongo, Somalia, Suriah, Turki, Venezuela, Vietnam, dan Yaman.
Cacar Monyet yang merupakan penyakit dari Afrika, diketahui sudah menyebar di Eropa hingga Amerika pada Mei ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai merasa perlu menggelar rapat darurat di markas besar Lembaga tersebut di Jenewa, Swiss pada Jumat 20 Mei. WHO sudah menerima laporan penemuan 100 kasus Cacar Monyet di Eropa.
WHO menyebutkan bahwa hingga Sabtu 21 Mei, kasus dugaan maupun positif Cacar Monyet sudah dilaporkan oleh 12 negara. Organisasi itu berjanji bakal segera mengeluarkan panduan dan rekomendasi cara menangkal persebaran Cacar Monyet ke beberapa negara.
"Informasi yang tersedia menunjukkan, penularan dari manusia ke manusia terjadi di antara orang-orang yang melakukan kontak fisik dekat dengan kasus-kasus yang menunjukkan gejala," jelas WHO seperti dilansir Reuters pada 22 Mei.
Semula Hanya Menginfeksi Binatang
Kasus Cacar Monyet pertama ditemukan pada 1958 oleh virolog asal Denmark, Preben Christian Alexander von Magnus. Von Magnus menemukan sejenis cacar yang menyerang sekelompok monyet ekor panjang yang dia pakai sebagai media penelitian di laboratorium. Virus Cacar Monyet diketahui merupakan endemi monyet-monyet yang hidup di Afrika Tengah dan Afrika Barat.
Setelah 28 tahun ditemukan, barulah diketahui bahwa Cacar Monyet dapat menginfeksi manusia. Dalam kurun waktu sembilan tahun, 1970-1979, dicatat sebanyak 50 kasus penularan virus ini ke manusia. Dikutip dari National Library of Medicine, ke-50 kasus penularan Cacar Monyet pada manusia sebanyak 38 kasus terjadi di Zaire yang kini bernama Republik Demokratik Kongo. Sisanya ada di Liberia, Nigeria, Pantai Gading, dan Sierra Leone.
Kasus penularan Cacar Monyet ke manusia melonjak tajam pada 1986, saat 400 kasus tercatat di Zaire. Tingkat kematian akibat penyakit ini berkisar 10-17 persen, dengan penderita yang meninggal adalah anak-anak usia di bawah 10 tahun.
Wabah Cacar Monyet di luar Afrika, pertama kali tercatat di Amerika Serikat pada 2003. Sejumlah negara bagian di tengah hingga pantai timur Amerika Serikat seperti Wisconsin, Illinois, Indiana, san New Jersey melaporkan kasus wabah Cacar Monyet. Penyebaran virus ini di Negeri Paman Sam ditengarai berasal dari tikus raksasa Gambia, yang saat itu sedang tren sebagai hewan peliharaan bagi masyarakat Amerika Serikat.
Virus Sudah Bermutasi
Wabah Cacar Monyet di Amerika Serikat pada 2003 berhasil diatasi, namun itu tidak menjamin penyakit tersebut tak bakal muncul lagi. Pada 17 Juli 2021 kasus baru Cacar Monyet yang menyerang warga Amerika Serikat ditemukan di Texas. Repotnya, varian yang menyerang disebutkan juga baru. Sudah terjadi mutasi virus Cacar Monyet.
"Walaupun langka, kasus ini bukan alasan untuk membunyikan tanda bahaya dan kami harapkan tidak akan menjadi ancaman bagi masyarakat umum," kata Hakim Wilayah Dallas Clay Jenkins dikutip Antara melansir Reuters, Sabtu, 17 Juli 2021.
Tahun ini kasus Cacar Monyet pertama ditemukan di Inggris pada 7 Mei lalu. Penularan terjadi pada seorang warga Inggris yang baru pulang dari Nigeria. Sebagai catatan, Nigeria pada 2017 mengalami wabah besar Cacar Monyet.
"Penting untuk digarisbawahi bahwa virus Cacar Monyet tidak mudah menyebar di kalangan manusia dan risiko keseluruhan bagi masyarakat umum sangat kecil," kata direktur klinis dan infeksi United Kingdom Health Security Agency (UKHSA) Colin Brown, dikutip dari Antara, Minggu 8 Mei.
Brown tampak berusaha untuk tidak menimbulkan kepanikan di kalangan warga Inggris, mengingat negara itu belum lepas dari trauma pandemi COVID-19. Faktanya, Cacar Monyet saat ini sudah menyebar di negara-negara Eropa selain Inggris yaitu Belanda, Belgia, Italia, Jerman, Portugal, Prancis, Spanyol, dan Swedia.
Penyakit ini bahkan sudah melintasi samudera, menyebar hingga Australia, Kanada, dan Amerika Serikat. Kasus Cacar Monyet juga dilaporkan sudah terdeteksi di Singapura.
Bagaimana di Indonesia?
Di Indonesia hingga saat ini belum dilaporkan ada kasus penularan Cacar Monyet di kalangan masyarakat. Kementerian Kesehatan melalui juru bicara Mohammad Syahril mengatakan bahwa di Indonesia belum dijumpai kasus Cacar Monyet.
“Saat ini belum ada kasus di Indonesia,” ujar Syahril, seperti dikutip Tribunnews pada 21 Mei.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga belum mengeluarkan pernyataan soal persebaran Cacar Monyet di Indonesia.
BACA JUGA:
“Saat ini belum ada pernyataan resmi dari IDI Pusat. Dalam waktu dekat, kami melalui Bagian Infeksi Tropik IDI Pusat akan mengeluarkan pernyataan resmi soal Monkeypox,” ujar Humas IDI Pusat, Elizabeth kepada VOI pada Senin 23 Mei.
Setelah babak belur diterjang COVID-19, wajar jika masyarakat waswas terhadap kehadiran Cacar Monyet. Tetap patuh pada protokol kesehatan adalah salah satu kunci agar tidak terpapar Cacar Monyet. Meskipun WHO menyatakan sudah ada vaksin untuk Cacar Monyet, menghindari penularan adalah jauh lebih baik.