Invasi ke Ukraina Aib Bagi Soviet, Menteri Pertahanan Inggris Sebut Presiden Putin Cerminkan Fasisme 77 Tahun Silam
Ilustrasi Presiden Rusia Vladimir Putin saat parade Victory Day. (Wikimedia Commons/The Presidential Press and Information Office)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menuduh Presiden Vladimir Putin dan para jenderalnya, mencerminkan fasisme dan tirani Nazi Jerman, mengatakan invasi ke Ukraina membawa aib bagi masa lalu militer Uni Soviet yang membanggakan.

Sebelumnya, dalam perayaan untuk memperingati 77 tahun kemenangan Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua, Presiden Putin telah membangkitkan memori kepahlawanan Rusia dalam pidatonya di Lapangan Merah Moskow, untuk menginspirasi pasukannya berperang di Ukraina.

Namun, Menteri Pertahanan Wallace mengatakan, Presiden Putin dan petinggi militer membajak sejarah Rusia untuk mencapai tujuan mereka sendiri.

"Melalui invasi ke Ukraina, Putin dan lingkaran dalamnya para jenderal sekarang mencerminkan fasisme dan tirani 77 tahun yang lalu, mengulangi kesalahan rezim totaliter abad lalu," kata Wallace dalam pidatonya di Museum Tentara Nasional, melansir Reuters 9 Mei.

Inggris telah menjadi salah satu pendukung paling vokal dari upaya Ukraina, untuk melawan apa yang disebut Presiden Putin sebagai operasi khusus, untuk melucuti senjata dan menghancurkan tetangganya yang lebih kecil. Adapun Ukraina dan Barat mengatakan ini adalah dalih palsu untuk perang agresi yang tidak beralasan oleh Rusia.

Dalam pidatonya, Presiden Putin mengutuk apa yang dia sebut ancaman eksternal untuk melemahkan dan memecah belah Rusia, menuduh NATO merencanakan invasi ke tanah yang dia katakan secara historis milik Rusia, termasuk Krimea, yang direbut oleh Moskow dari Ukraina pada 2014.

ben wallace
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace. (Wikimedia Commons/U.S. Secretary of Defense)

"Presiden Putin telah membuat sejumlah klaim dongeng selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun sekarang," kritik Menteri Pertahanan Inggris.

"Tidak ada yang berencana untuk menyerang, NATO tidak mengepung Rusia," tegas Menteri Wallace.

Meski demikian, Menteri Wallace menambahkan bahwa apa pun yang terjadi di Ukraina, Presiden Putin akan ada "untuk beberapa waktu".

"Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kita akan menahan dia dan Rusia-nya dengan cara yang berarti kita memberikan keamanan dan keselamatan ke Eropa," jelasnya.

Dalam 75 hari pertempuran, pasukan Rusia telah meratakan desa, kota kecil dan kota besar di Ukraina, menyebabkan hampir enam juta orang mencari perlindungan di luar negeri. Tetapi, Presiden Putin tidak memberikan indikasi dalam pidatonya tentang berapa lama perang akan berlangsung.

Menteri Wallace menambahkan, tentara Rusia dengan sedikit pelatihan militer telah dibawa untuk menggantikan korban di medan perang, 'semacam umpan meriam', sementara para jenderal sama terlibatnya "dalam pembajakan Putin atas sejarah kebanggaan leluhur mereka."

"Bagi mereka dan Putin tidak akan ada hari kemenangan, yang ada hanya aib dan pasti kekalahan di Ukraina," pungkas Menteri Wallace.