Pejabat Tinggi Keuangan AS, Inggris dan Kanada <i>Walk-Out</i>: Rusia Minta G20 Tidak Dipolitisir
Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 di Jakarta Februari lalu (Sumber: G20.org/Antara Foto/Hafidz Mubarak A)

Bagikan:

JAKARTA - Pejabat tinggi keuangan dari Amerika Serikat, Inggris dan Kanada memutuskan untuk walk-out dalam pertemuan G20 Hari Rabu, menurut Menteri Keungan Inggris Rishi Sunak, saat perwakilan Rusia berbicara.

Pejabat Ukraina yang hadir dalam pertemuan di Washington, D.C, Amerika Serikat tersebut juga keluar dari pertemuan pejabat tinggi keuangan dari 20 ekonomi terbesar dunia, menurut sumber yang mengetahui pertemuan tersebut.

"Sebelumnya perwakilan saya, bersama dengan rekan-rekan AS & Kanada meninggalkan pertemuan G20 hari ini di Washington saat delegasi Rusia berbicara," kata Sunak di Twitter, melansir Reuters 21 April.

"Kami bersatu dalam kecaman kami atas perang Rusia melawan Ukraina dan akan mendorong koordinasi internasional yang lebih kuat untuk menghukum Rusia," lanjutnya.

Wakil Menteri Keuangan Rusia Timur Maksimov menghadiri pertemuan tersebut secara langsung, sementara Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov dan gubernur bank sentral Rusia bergabung secara virtual, kata sumber kedua.

Kementerian keuangan Rusia tidak menyebutkan pemogokan itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan tersebut. Ia mengutip Siluanov yang meminta G20 untuk tidak mempolitisasi dialog antara anggota, menekankan aliansi tersebut itu selalu berfokus pada ekonomi.

Dia juga mengeluhkan efek merusak dari sanksi Barat, kata pernyataan itu.

"Aspek lain dari krisis saat ini adalah merusak kepercayaan pada sistem moneter dan keuangan internasional yang ada. Keamanan cadangan internasional dan kemungkinan perdagangan bebas dan transaksi keuangan tidak lagi dijamin," jelas pernyataan itu.

Sementara itu, Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan Rusia harus disalahkan atas perlambatan pertumbuhan global, inflasi yang tinggi dan masalah rantai pasokan. "Rusia harus diisolasi," ujarnya kepada wartawan.

Adapun Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kepada para hadirin, dia sangat tidak setuju dengan kehadiran seorang pejabat senior Rusia dalam pertemuan itu, dua sumber mengatakan kepada Reuters.

Satu sumber menambahkan, Yellen mengatakan kepada para peserta bahwa "tidak ada bisnis seperti biasa" bagi Rusia dalam ekonomi global, menggemakan pesannya kepada Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati, di mana Indonesia saat ini menjadi Presidensi G20.

Yellen bergabung dalam pemogokannya oleh Gubernur Bank of England Andrew Bailey dan Menteri Keuangan Kanada Chrystia Freeland.

Terpisah, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mendesak Maksimov untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada Moskow, untuk mengakhiri perang di Ukraina, ungkap salah satu sumber.

Diketahui, Para menteri keuangan G20 dan gubernur bank sentral bertemu di sela-sela konferensi semi-tahunan yang diadakan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington, dengan topik utama perang Ukraina, ketahanan pangan, dan pemulihan berkelanjutan dari pandemi virus corona.

Menteri Yellen berencana untuk memboikot dua sesi G20 tentang arsitektur keuangan internasional dan keuangan berkelanjutan, salah satu sumber mengatakan, meskipun pejabat Departemen Keuangan mengatakan dia akan bergabung dalam diskusi tentang dampak perang Ukraina terhadap ekonomi global.

Para pemimpin keuangan dari sejumlah negara Eropa berencana mengikuti langkah tersebut sebagai protes atas invasi Rusia.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengakui itu adalah 'momen sulit' bagi G20, sebuah forum yang telah memainkan peran kunci dalam mengoordinasikan perang melawan COVID-19 dan menanggapi krisis keuangan 2008-2009. Namun, dia bersikeras bahwa kerja sama melalui forum akan terus berlanjut.

"Jelas ada fakta yang sangat, sangat meresahkan yang harus kami tangani. Tetapi kami juga menyadari betapa saling ketergantungan kami. Dan sangat jelas bahwa kerja sama harus dan akan terus berlanjut," tukasnya.

Baik Georgieva dan Yellen telah memperingatkan terhadap fragmentasi ekonomi global ke dalam blok-blok geopolitik, dengan Amerika Serikat dan demokrasi yang didorong pasar di satu sisi dan China, Rusia, dan ekonomi berbasis negara lainnya di sisi lain.