Bagikan:

JAKARTA - Pejabat militer Amerika Serikat mengungkapkan, pihaknya berharap bisa segera mulai melatih militer Ukraina menggunakan artileri howitzer dari Washington dalam beberapa hari ke depan.

Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan tambahan 800 juta dolar AS dalam bantuan militer ke Ukraina, memperluas bantuan untuk memasukkan artileri berat, menjelang serangan Rusia yang lebih luas yang diperkirakan akan terjadi di Ukraina timur.

Sejauh ini, empat penerbangan senjata telah dikirim oleh Amerika Serikat sebagai bagian dari paket baru.

Amerika Serikat berencana untuk mengajar pelatih Ukraina tentang cara menggunakan beberapa senjata baru seperti howitzer dan radar, kemudian pelatih tersebut akan menginstruksikan rekan-rekan mereka di Ukraina.

Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pelatihan howitzer akan berlangsung di luar Ukraina.

Sebelumnya, militer Washington juga telah terlebih dahulu melatih militer Ukraina terkait penggunaan drone Switchblade.

Sementara itu, Ukraina mengatakan serangan rudal Rusia menewaskan tujuh orang di Lviv pada hari Senin, korban sipil pertama di kota barat, dan komandan pasukan Ukraina yang bertahan di pelabuhan tenggara Mariupol yang hancur meminta bantuan paus.

Menurut pejabat pertahanan AS, Rusia tampaknya membidik sasaran militer di Lviv dan ibu kota Kyiv di wilayah utara. Adapun Mariupol masih diperebutkan, karena Rusia tampaknya telah mengirim bala bantuan ke Ukraina dalam beberapa hari terakhir, pejabat itu menambahkan.

"Penilaian kami adalah Mariupol masih diperebutkan. (itu) tetap di bawah ancaman dari udara tetapi baik dari serangan rudal maupun bom dari udara, serta tentu saja artileri," ujar pejabat itu seperti melansir Reuters 19 April.

Lebih jauh, pejabat itu mengatakan ada sekitar 76 kelompok taktis batalion Rusia di selatan dan timur Ukraina, meningkat sekitar 11 dalam beberapa hari terakhir.

Selama akhir pekan Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sistem anti-pesawatnya di wilayah Odesa, menembak jatuh sebuah pesawat angkut Ukraina yang mengirimkan senjata yang dipasok oleh pemerintah Barat.

Terkait hal tersebut, pejabat itu mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak memiliki informasi yang menunjukkan bahwa itu benar.