JAKARTA - Tsamara Amany mengundurkan diri sebagai kader dan pengurus Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Pakar tata hukum negara Refly Harun menduga ada dua alasan di balik mundurnya perempuan berusia 25 tahun tersebut.
"Saya menduga alasannya dua saja, alasan idealis dan alasan pragmatis," kata Refly dalam akun YouTubenya Refly Harun, Senin 18 April.
Refly menduga Tsamara meletakan jabatannya sebagai Ketua DPP PSI dan keluar dari partai yang membesarkannya lantaran memilih bekerja di salah satu institusi. Menurutnya, institusi itu tidak memungkinkan karyawannya menjadi pengurus partai politik.
"Bisa jadi institusi yang bergerak di pemberdayaan perempuan. Mungkin yang dibiayai founding," terka Refly.
Sedangkan alasa kedua Tsamara keluar dari PSI, Refly menduga mantan Juru Bicara Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Joko Widodo-Maruf Amin itu kecewa terhadap peran dari partai politik, tidak seperti yang ia bayangkan.
"Ia membayangkan hal-hal yang ideal, tapi fakta hari-harinya ternyata tidak seperti ia bayangkan. Sehingga ia pikir, 'lebih baik saya mundur dari partai politik karena tiba-tiba rumah partai politik terasa sempit untuk mengekplore banyak hal'," tuturnya.
Refly mengatakan partai politik dapat membuat seorang sosok mobile secara vertikal. Bisa merasakan dekat dengan orang-orang penting di negara ini, bahkan bisa kongkalikong bisnis. Namun, partai politik juga bisa membuat sosok cepat turun dari radar politik.
"Tetapi di sisi lain, [partai politik] bagi orang lain yang mendabakan kebebasan, makin dia di top elite politik, semakin dia sempit ruang geraknya untuk melakukan eksplorasi terutama ekplorasi intelektual," tandasnya.