Bagikan:

JAKARTA - Badan Eksekutif Mahasiwa Universitas Indonesia (BEM UI) menggunakan pengeras suara atau toa ketika berbicara langsung dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan. Padahal debat di antara dua pihak itu berjarak kurang lebih setengah meter.

Pengamat politik Rocky Gerung menilai BEM UI berbicara kepada Luhut dengan toa lantaran memiliki kekhawatiran terhadap kondisi saat ini di mana para penguasa dianggap sudah tidak peduli lagi terhadap aspirasi rakyat.

"Kita lihat model semacam itu (berbicara pakai toa itu), satu upaya untuk memberi tahu kepada publik bahwa engga ada lagi yang dipercaya di republik ini. Bahkan, diperlukan toa supaya engga masuk telinga kiri keluar telinga kanan, kira-kira kesannya begitu," katanya, dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Kamis, 14 April.

Rocky menambahkan, dalam debat tersebut Luhut berbicara sebagai sosok yang lebih tua. Menurut Rocky, selama berjalan dengan kondusif menyampaikan dan mendengar pendapat dalam lingkungan kampus tidak mengenal hierarki usia.

Maka dalam hal ini, kata Rocky, tidak terbangun empati untuk memahami makna perkataan lawan bicara karena pihak yang berdebat menganggap dirinya lebih tua.

"Tapi diatas semua itu Pak Luhut terlihat playing wise, terlihat bijak 'saya orangtua menasehati kalian sebagai orang yang masih muda'. Di universitas itu tidak ada hierarki usia, yang ada hierarki argumen, kesetaraan argumen. Jadi jangan ini dalam logika namanya memainkan kekuasaan untuk menekan orang yang di bawah," tuturnya.

Seperti diketahui, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menjadi pembicara dalam kuliah umum di UI saat BEM UI melakukan unjuk rasa di kampusnya di Depok Jawa Barat pada Selasa, 12 April.

Luhut dan BEM UI kemudian bertemu di ruang terbuka di pelataran UI dan terlibat debat sengit. BEM UI mempersoalkan data nyata dari big data yang hingga saat ini tidak dipublikasikan oleh Luhut. Sedangkan Luhut mempertahankan argumentasi tidak ingin membuka big data yang diklaimnya berisi 110 juta warganet mendukung pemilihan umum (pemilu) ditunda.

"Sekarang kita minta keterbukaan big data, sepakat kawan-kawan," kata Ketua BEM UI Bayu Satria Utomo berbicara kepada Luhut menggunakan toa.

"Sepakat!" jawab massa BEM UI yang ada di lokasi debat

"Kalau sepakat, saya engga sepakat boleh kan? Kita boleh beda pendapat engga?" balas Luhut.

"Ya itu tujuan kami sekarang untuk menuntut bapak segera sepakat karena ini aspirasi dari masyarakat Indonesia," ujar Bayu.

"Kamu anak muda, engga berhak nuntut saya. Karena saya punya hak," timpal Luhut.