Portugal Usir 10 Diplomat Rusia, Miliki Waktu Dua Minggu untuk Angkat Kaki
Kedutaan Besar Rusia di Lisabon, Portugal. (Wikimedia Commons/Cesar-atk)

Bagikan:

JAKARTA - Portugal memutuskan untuk mengusir sejumlah diplomat Rusia, menyusul langkah serupa yang diambil sejumlah negara terkait dengan invasi Moskow ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Pemerintah Portugal telah memutuskan untuk mendeklarasikan sepuluh staf kedutaan Rusia persona non grata, kata kementerian luar negeri negara itu di situs webnya, Selasa.

"Kementerian luar negeri mengumumkan bahwa hari ini pemerintah Portugal memberi tahu duta besar Rusia, tentang keputusannya untuk menyatakan persona non grata sepuluh staf misi diplomatik ini, yang tindakannya bertentangan dengan keamanan nasional," kata pernyataan itu, melansir TASS 6 April.

Para diplomat Portugal akan meninggalkan negara itu dalam waktu dua minggu.

"Pemerintah Portugal mengulangi kecaman tegas dan tegas atas agresi Rusia di Ukraina," tegas kementerian itu.

Diberitakan sebelumnya, puluhan diplomat Rusia diusir dari Jerman, Prancis, Italia dan Denmark mulai Hari Senin lalu. Tercatat jumlah diplomat Rusia yang diusir di Jerman mencapai 40 orang, Prancis 35 orang, Italia 30 orang dan Denmark 15 orang.

Sementara, Lithuania pada Hari Senin mengatakan pihaknya mengusir Duta Besar Rusia terkait invasi di Ukraina. Adapun Denmark mengambil sikap agak berbeda. Kendati mengusir para diplomat, mereka tidak ingin memutuskan hubungan diplomatik dengan Moskow. Sehingga, duta besar dan beberapa staf lainnya tidak diusir.

"Langkah-langkah terkait akan diambil terhadap staf kantor luar negeri negara itu. Rusia akan memberikan tanggapan yang sesuai terhadap pengusiran," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.

Terkait hal ini, pejabat senior Moskow menyebut Rusia akan merespon pengusiran puluhan diplomatnya oleh negara-negara Barat dengan proporsional, menyebut langkah itu merusak hubungan bilateral.

Rusia akan menanggapi secara proporsional pengusiran diplomatnya dari sejumlah negara Barat, ujar mantan Presiden Rusia sekaligus Wakil Kepala Dewan keamanan Dmitry Medvedev pada Senin malam.

"Semua orang tahu jawabannya, itu akan simetris dan merusak hubungan bilateral," kata Medvedev dalam sebuah unggahan di saluran Telegram-nya seperti melansir Reuters.

"Siapa yang telah mereka hukum? Pertama-tama, diri mereka sendiri," tukas Medvedev.