Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan, pengusiran terhadap diplomatnya yang dilakukan secara terus menerus akhir-akhir ini, disebut tidak akan mengubah posisinya di Ukraina.

Prancis menjadi negara terbaru yang mengatakan persona non grata terhadap perwakilan Rusia, yang disebut melakukan operasi intelijen dengan kedok mata-mata. Sebelumnya, persona non grata juga dikenakan sejumlah negara terhadap diplomat Rusia.

"Mengapa tidak menyatakan semua (diplomat Rusia persona non grata)? Untuk membuat kami mengubah posisi kami (mengenai Ukraina)? Tidak, kami tidak akan mengubahnya," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, melansir TASS 12 April.

"Dan saya akan memberi tahu Kementerian Luar Negeri Prancis sebagai berikut: jika Anda mengancam Kyiv dengan sanksi untuk non-implementasi perjanjian Minsk setidaknya sekali, Anda akan mencapai perdamaian dan stabilitas di Eropa," lanjutnya seperti ditulis di saluran Telegramnya.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Prancis pada Hari Senin menyatakan enam agen Rusia yang menyamar menjadi diplomat sebagai persona non grata, setelah penyelidikan oleh dinas intelijen domestik menyimpulkan mereka bekerja melawan kepentingan nasional Prancis.

"Menyusul penyelidikan yang sangat panjang, Direktorat Jenderal Keamanan Dalam Negeri (DGSI) mengungkapkan pada Hari Minggu 10 April, sebuah operasi rahasia yang dilakukan oleh dinas intelijen Rusia di wilayah kami," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, tanpa menjelaskan lebih lanjut, melansir Reuters.

"Enam agen Rusia yang beroperasi di bawah perlindungan diplomatik dan yang aktivitasnya terbukti bertentangan dengan kepentingan nasional kami, telah dinyatakan sebagai persona non grata," ungkap pernyataan itu.

Puluhan diplomat Rusia sebelumnya diusir dari berbagai negara, terkait dengan invasi ke Ukraina. Portugal menyatakan persona non grata 10 diplomat Rusia, kemudian Jerman mencapai 40 orang, Prancis 35 orang, Italia 30 orang dan Denmark 15 orang. Adapula Lithuania yang mengambil langkah berani dengan mengusir Duta Besar Rusia untuk negara itu.

Selain itu, tercatat Belgia mengusir 21 diplomat Rusia, Belanda 17 diplomat dan Irlandia 4 diplomat. Beberapa negara Uni Eropa lainnya, termasuk Lithuania, Latvia, Estonia, Bulgaria, Polandia, Slovakia, dan Republik Ceko, juga menuntut diplomat Rusia meninggalkan negara mereka.

"Langkah-langkah terkait akan diambil terhadap staf kantor luar negeri negara itu. Rusia akan memberikan tanggapan yang sesuai terhadap pengusiran," tegas Zakharova beberpa waktu lalu.

Sementara, juru bicara Kremlin menilai pengusiran diplomat Rusia dari sejumlah negara beberapa waktu belakangan, sebagai langkah picik yang mempersempit komunikasi diplomatik.

"Kami menilai itu negatif, kami menyesalinya. Ini adalah langkah picik untuk mempersempit kemungkinan komunikasi diplomatik, kerja diplomatik dalam kondisi sulit, kondisi sulit dan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. untuk langkah-langkah respon," tandas Peskov.