JAKARTA - Seruan untuk memulihkan akun Twitter milik Donald Trump muncul, setelah Elon Musk menjadi pemegang saham terbesar sosial media tersebut.
Permintaan pemulihan akun mantan Presiden Amerika Serikat tersebut antara lain datang dari politisi Partai Republik dan aktivis, seiring dengan kritik berulang kali yang disampaikan bos Tesla dan SpaceX tersebut, terkait perlakuan bias media sosial itu terhadap suara-suara konservatif.
"Sekarang @ElonMusk adalah pemegang saham terbesar Twitter, saatnya untuk mencabut sensor politik," cuit politisi Partai Republik dari Colorado Lauren Boebert seperti melansir Sputnik News 6 April.
"Oh… dan KIRIM KEMBALI TRUMP!"
Sementara itu, pembawa acara dan aktivis TV Pete Hegseth mengatakan di 'Fox & Friends' pada Hari Selasa, "Twitter dulunya adalah bidang pemikiran bebas yang terbuka." Sementara "sekarang tanda centang biru seperti polisi kiri groupthink yang berpikir dan tipe korporat di Twitter telah bahagia untuk menegakkannya."
"Mereka mendorong Donald Trump. Mereka menyingkirkan banyak kaum konservatif. Jika dia membukanya, itu membuka percakapan di Amerika," katanya, seperti dikutip Mediaite.
Terpisah, politisi Inggris dan mantan Anggota Parlemen Eropa Nigel Farage juga bergabung dengan seruan untuk 'mengembalikan Trump', mencuitkan pada Hari Selasa, keputusan Musk untuk menjadi anggota dewan "adalah langkah pertama ke arah yang benar."
Di sisi lain, CEO situs web satir konservatif Babylon Bee, yang akun Twitternya diblokir setelah sebuah artikel muncul menyebut seorang pejabat administrasi transgender Biden, Rachel Levine, "pria terbaik tahun ini," mengatakan ada kemungkinan akun situs web itu juga dapat dibuka blokirnya.
"Musk menghubungi kami sebelum dia melakukan polling kepada para pengikutnya tentang komitmen Twitter untuk kebebasan berbicara," ungkap CEO Babylon Bee, Seth Dillon.
"Dia ingin memastikan bahwa kami sebenarnya telah diskors. Dia bahkan memikirkan panggilan itu, bahwa dia mungkin perlu membeli Twitter."
Pada tanggal 4 April, situs web Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) mengumumkan bahwa miliarder teknologi tersebut menjadi pemilik sekitar 73,48 juta saham biasa Twitter pada 14 Maret.
Ini setara dengan 9,2 persen saham di perusahaan tersebut, dengan total senilai 2,89 miliar dolar AS, menjadikannya pemilik saham terbesar. Musk memasuki dewan perusahaan dan masa jabatannya berakhir pada 2024, dengan kemungkinan perpanjangan.
Setelah pengumuman tersebut, saham Twitter naik 26 persen menjadi 49,56 dolar pada hari Senin.
Untuk diketahui, Musk yang aktif di Twitter dan memiliki lebih lebih dari 80 juta pengikut, telah berulang kali mempertanyakan komitmen Twitter untuk kebebasan berbicara, mempertimbangkan untuk membuat jejaring sosialnya sendiri.
Pekan lalu, dia mengatakan dia "berpikir serius" untuk membuat platform baru. Dia juga mengunggah survei di mana dia bertanya kepada pengikutnya, apakah manajemen Twitter secara ketat mematuhi prinsip-prinsip kebebasan berbicara. Lebih dari 70 persen responden mengatakan 'tidak.'
BACA JUGA:
Tahun lalu, Twitter membekukan akun milik Donald Trump, lantaran kicuan yang dibuat Trump telah melanggar kebijakan glorifikasi kekerasan pada Januari 2021.
Tercatat akun Twitter pribadi Trump, memiliki 88 juta followers. Tak hanya Twitter Facebook dan Instagram juga masih memblokir akun Trump sampai waktu yang tidak ditentukan, setelah peristiwa penyerbuan Gedung Capitol AS 6 Januari 2021.
Selain itu, Twitter juga tidak mengizinkan Trump membuat akun baru, bahkan jika di kemudian hari Trump maju kembali dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat.