JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di diantaranya adalah ketersediaan vaksin COVID-19 dan dukungan ekspansi program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, ekonomi Indonesia diproyeksikan sudah mulai pulih pada kuartal III dan IV di tahun ini. Di mana, akselerasinya akan terjadi di 2021 dengan pertumbuhan ekonomi di level 5,0 hingga 5,7 persen.
Namun, kata Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi tahun depan masih dipengaruhi beberapa hal. Pertama, penanganan COVID-19 di Tanah Air dan juga ketersediaan vaksin di tahun 2021.
"Timeline dari vaksin akan bisa mengurangi ketidakpastian terutama pada akhir tahun ini dan awal tahun depan. Ini tentunya akan mempengaruhi swing dari pemulihan ekonomi kita," katanya, dalam konferensi pers virtual, Selasa, 29 September.
Kedua, dukungan ekspansi fiskal melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Seperti dukungan sisi demand melalui penguatam bansos dan BLT. Lalu dukungan sisi supply fokus pada insentif pajak, serta bantuan kredit dan penjaminan bagi UMKM dan korporasi. Ini diharapkan bisa jadi akselerasi dan jadi stimulus katalis bagi permintaan kredit modal kerja dan kredit investasi," ucapnya.
Ketiga, akselerasi reformasi untuk produktivitas, daya saing, dan iklim investasi melalui Omnibus Law RUU Cipta Kerja, reformasi anggaran, dan lembaga pengelola investasi.
BACA JUGA:
Keempat, pertumbuhan ekonomi global. IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia 2021 di 5,5 persen.
"Ada sense optimisme, ada sense harapan, tapi ada juga sense langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah. Ada optimisme yaitu terjadi pemulihan ekonomi ada harapan bahwa penanganan COVID-19 dan adanya penyembuhan melalui vaksinasi," jelasnya.
Sri Mulyani berharap, ke depan instrumen APBN bisa menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga daya tahan dan memulihkan ekonomi serta kehidupan masyarakat di 2021. Meskipun tahun depan masih ada ketidakpastian mengenai pandemi COVID-19.
Lebih lanjut, kata dia, formulasi APBN 2021 di satu sisi memberikan sinyal kepada masyarakat dan dunia usaha bahwa pemerintah ingin terus mendukung agar bisa segera pulih dan bangkit kembali. Namun di sisi lain, pemerintah juga memberikan sinyal kehati-hatian.
"Sinyal prudent kebijakan dalam menjaga keseluruhan dan keberlangsungan dari APBN yang merupakan instrumen fiskal penting yang bekerja luar biasa keras dalam situasi COVID-19," jelasnya.