Kemenkeu: Begitu COVID-19 Masuk Maret Lalu, Kami Sudah Prediksi Ekonomi Indonesia Bakal Anjlok
Gedung Kementerian Keuangan. (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Keuangan mengungkapkan, pemerintah sebenarnya sudah memprediksi bahwa kondisi ekonomi Indonesia bakal negatif sejak awal kasus positif COVID-19 ditemukan di Tanah Air.

Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan, sejak awal Maret kasus positif COVID-19 ditemukan, pemerintah sudah meyakini bahwa ekonomi pasti akan terdampak dan tertekan.

"Ketika kita membayangkan bahwa perekonomian ini akan menjadi dalam tekanan atau negatif secara perekonomian hitung-hitungan ekonomi kita sudah membayangkan hal ini akan terjadi sejak bulan Maret yang lalu," tuturnya, dalam acara Seminar Nasional Sinergi Pengawasan APIP-SPI-APH secara virtual, Selasa, 29 September.

Bahkan, kata Suahasil, jauh sebelum pandemi COVID-19 masuk dan menyebar secara cepat di Tanah Air, pemerintah juga sudah meyakini ekonomi Indonesia akan terdampak saat virus melanda China dan Eropa.

"Dari sejak bulan Februari Ketika kita melihat kasus ini sudah sangat-sangat menekan perekonomian di China dan juga di beberapa negara di Eropa seperti Italia, ketika itu Maret kita memperkirakan bahwa Indonesia juga ada kena dan memang kita terkena yaitu yang sekarang, hari ini," ucapnya.

Sejak itu, katanya, Kemenkeu sudah mulai meramu kebijakan untuk mempersiapkan anggaran negara guna menjadi tulang punggung bagi ekonomi Indonesia secara menyeluruh. Sebab, anggaran negara pasti terkena dampak dan pasti penerimaan negara akan merosot. Kegiatan ekonomi yang juga melambat akibat pandemi.

"Dalam situasi seperti COVID-19 tidak mungkin menurunkan belanja, belanja malah menjadi tulang punggung APBN dan APBD. Karena itu belanjanya harus kita pastikan cukup dan bermanfaat untuk menangani perekonomian," tuturnya.

Seperti diketahui, pada kuartal I ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh positif. Namun, imbas pandemi ekonomi nasional terkontraksi sangat dalam minus 5,32 persen. Sejumlah ekonom meramal bahwa ekonomi masih akan negatif sampai akhir tahun ini.

"Indonesia di kuartal II kemarin mengalami minus 5 persen. Ini merupakan dampak dari COVID-19 dan kita berharap di kuartal III ini yang berarti Juli-Agustus-September kita mengalami perbaikan. Meski itu masih tetap di zona negatif, tapi zona negatif kecil ini merupakan harapan kita bersama," ucapnya.

Sebelumnya, pemerintah masih optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III berada di kisaran minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen. Namun, prediksi ini kembali direvisi per September menjadi minus 2,9 persen hingga minus 1,0 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, perkembangan kasus COVID-19 mempengaruhi aktivitas ekonomi dan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9 persen sampai minus 1,0 persen. Ini artinya negative teritory terjadi pada kuartal III dan kemungkinan masih berlangsung pada kuartal IV yang kita berusaha mendekati nol atau positif," ujarnya, konferensi pers APBN Kita, Selasa, 22 September.

Dalam ilmu ekonomi, suatu negara bisa disebut mengalami resesi jika ekonominya minus dalam dua kuartal berturut-turut. Penentu Indonesia masuk atau tidak dalam jurang resesi ada di kuartal III tahun ini. Jika prediksi Sri Mulyani terjadi, maka Indonesia resmi resesi menyusul Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat.