Bagikan:

JAKARTA - Empat roket menghantam kota Lviv di Ukraina barat pada Sabtu, kata pejabat setempat, dalam serangan paling signifikan di kota itu sejak dimulainya perang dengan Rusia.

Lviv, hanya 60 kilometer (40 mil) dari perbatasan Polandia, sejauh ini lolos dari pemboman berat dan pertempuran, yang telah menghancurkan beberapa kota Ukraina yang lebih dekat ke Rusia, sejak Moskow meluncurkan invasi pada 24 Februari.

Gubernur Maksym Kozytskyy mengatakan lima orang terluka setelah dua roket menghantam depot bahan bakar, sementara dua lainnya kemudian menghantam sebuah pabrik militer. Sebelumnya, dia melaporkan ledakan kuat di pinggiran timur Lviv dari serangan itu.

"Tetap di tempat penampungan! Jangan keluar ke jalan!," dia memperingatkan setelah serangan pertama, melansir Reuters 27 Maret.

Roket-roket itu jatuh ketika Presiden AS Joseph Biden, berbicara di Warsawa selama kunjungan ke Polandia, mengutuk agresi Rusia dan meyakinkan Ukraina akan dukungan tak tergoyahkan Amerika Serikat.

"Dengan pukulan hari ini, agresor mengirim salam kepada Presiden Biden, yang berada di Polandia," ujar Wali Kota Lviv Andriy Sadoviy dalam briefing yang disiarkan televisi, mengatakan Rusia telah menembakkan roket dari Sevastopol di Krimea yang dicaploknya pada 2014.

Tidak ada komentar langsung mengenai serangan Lviv dari pihak berwenang Rusia, yang menyebut invasi tersebut sebagai 'operasi militer khusus' dan bertujuan untuk demiliterisasi Ukraina.

Pemerintah kota tidak memberikan lokasi yang tepat dari serangan, tetapi mengatakan mereka merusak infrastruktur penting, membakar depot bahan bakar dan meledakkan jendela dari sebuah gedung sekolah. Tidak ada bangunan tempat tinggal yang terkena, menurut walikota.

Saksi mata Reuters di Lviv tengah, melihat asap hitam tebal membubung dari sisi timur laut kota dan bau terbakar yang kuat memenuhi udara.

Orang-orang berkerumun di jalan untuk menyaksikan kepulan asap membubung di belakang blok apartemen. Sebagian besar penduduk tampaknya tinggal di dalam rumah, mengintip dari balik tirai ketika yang lain bergegas melewati jalan sambil membawa tas mereka.

Terpisah, Kepala Staf Presiden Ukraina Andriy Yermak mengatakan serangan itu menunjukkan Rusia ingin mengintimidasi Ukraina dan diplomat asing, yang telah memindahkan kedutaan mereka ke Lviv untuk keamanan relatif dibandingkan dengan ibukota, Kyiv.

"Ukraina seharusnya tidak terintimidasi oleh kejahatan Rusia seperti itu, dan saya ingin mengatakan kepada mitra Barat saya sekali lagi, tutup langit, tunjukkan kekuatan," tulisnya di Telegram.

Ini merujuk pada permintaan berulang Ukraina untuk zona larangan terbang, yang telah dikesampingkan oleh NATO.

Diketahui, sejak Rusia memulai invasi 24 Februari lalu, negara-negara asing memindahkan kedutaan mereka dari Kyiv yang terdampak serangan ke Lviv yang relatif lebih aman, sekaligus memudahkan evakuasi warga negara mereka.

Di kota ini antara lain terdapat Kedutaan Besar AS, Prancis, Brasil, Belanda, termasuk Indonesia yang beberapa waktu lalu mengevakuasi WNI dari Ukraina melalui Lviv ke Polandia.

"Kedutaan Besar Kyiv sementara ini beroperasi dari Lviv," ujar Direktur PWNI Kementerian Luar Negeri Indonesia Judha Nugraha beberapa waktu lalu.

Lviv memiliki populasi sebelum perang sekitar 717.000, tetapi bagi ribuan keluarga yang melarikan diri dari pertempuran terburuk di timur, selatan dan tengah Ukraina, itu telah menjadi tempat perlindungan di dalam negeri atau pusat transit bagi orang-orang yang meninggalkan negara itu.

Untuk diketahui, dua minggu lalu, rentetan rudal Rusia menghantam pangkalan besar Ukraina hanya 25 km (15 mil) dari perbatasan dengan Polandia.