JAKARTA - Persaudaraan Alumni (PA) 212 dan beberapa ormas Islam menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Negara hari ini.
Massa aksi menuntut sejumlah nama mulai dari Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, Denny Siregar, permadi Arya alias Abu Janda, Ade Armando sampai pendeta Saifuddin Ibrahim ditangkap. Nama-nama tersebut dituduh telah melakukan penistaan agama.
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menyebutkan, nama-nama yang disasar PA 212 merupakan sosok yang selama ini dikenal sebagai pendukung utama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Celakanya pada saat yang sama mereka dituding melakukan penistaan agama.
"Maka timbul persepsi Presiden Jokowi adalah presiden yang anti Islam itu persoalannya, saya pun tidak paham (Kenapa muncul persepsi ini)," jelas Refly dilansir dari kanal Youtube @Refly Harun, Jumat, 25 Maret.
Refly menambahkan, Istana baiknya tidak 'memelihara' para pendengung alias Buzzer yang selalu mendukung penuh setiap kebijakan. Sebab, kebijakan ini justru berimbas pada demokrasi di tanah air.
"Salah satu ciri kegagalan demokrasi adalah penguasa memelihara buzzer. Padahal harusnya dilepaskan. Justru harusnya Jokowi merasa berkeberatan pada perilaku orang-orang yang menistakan agama ini. Karena dia menyeret nama jokowi yang dianggap anti Isilam,"
"Tapi bagaimana lagi kalau dia bagian atau ditugaskan oleh pemerintah? Kita tidak tahu! Yang jelas isu yang beredar masing-masing orang punya patronase tapi tidak langsung ke Jokowi tapi lingkaran istana yang memiliki kekuasaan langsung ke istana," tambah Refly.
BACA JUGA:
Ratusan massa aksi dari kelompok Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) dari berbagai elemen menggelar unjukrasa di depan pintu masuk Monumen Nasional (Monas), tepatnya di seberang Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Jumat 25 Maret, sore.