Bagikan:

JAKARTA - Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun ikut menyoroti pernyataan Panglima Kostrad (Pangkostrad), Letjen TNI Dudung Abdurachman saat kunjungan ke Batalyon Zipur 9 Kostrad, Ujungberung, Bandung, Jawa Barat, Senin, 13 September lalu.

Dalam pengarahannya di depan anggota dan Persit Batalyon Zipur 9 Kostrad, Dudung menyampaikan beberapa pesan penting. Salah satunya menyangkut fanatisme berlebihan terhadap agama karena semua agama itu benar di mata Tuhan.

"Bijaklah dalam bermain media sosial sesuai dengan aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata tuhan,” ujar Dudung.

Bagi Refly, pernyataan Dudung ini harus diletakan dalam konteks politik bukan sebagai akidah atau ajaran. Sebab, Dudung merupakan sosok jenderal yang tahu betul sikap yang dibutuhkan pihak istana.

"Jadi kalau mau dekat dengan pemerintah maka anda bisa memeilih statement mana yang mau didengarkan pemerintah saat ini. Dudung tahu betul pernyataan mana yang mau didengar pemerintah saat ini. Jadi dia mengatakan semua agama sama maka itulah yang ingin didengarkan lingkar istana, BPIP. Dudung tahu betul memainkan psikologis itu," terang Refly dikutip VOI dari kanal Youtube @Refly Harun, Rabu, 15 September.

Refly menjelaskan, pernyataan Dudung sesuai konteks politik yang berkelindan dengan posisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan sebagian kelompok Islam yang tidak masuk dalam struktural pemerintahan. Misalnya, PA 212, FPI, GNPF Ulama atau kelompok lainnya.

Kelompok-kelompok yang mengambil jarak dengan pemerintahan ini dianggap fanatik, tidak pro NKRI, tidak Pancasilais dan radikal.

"Jadi ada yang diakomodir ada yang dimusuhi bahkan jadi objek sasaran dihina, dicaci bahkan dipenjara seperti Habib Rizieq. Maka yang terjadi adalah tidak ada persatuan. Pemerintah jadi faktor membelah umat Islam," terang Refly.

Alhasill, pernyataan yang dikeluarkan Dudung dekat dengan narasi yang dibangun oleh istana. Indikasi kedekatan Dudung dan istana dapat dilihat dari beberapa peristiwa yang menghebohkan tanah air. Misalnya, penurunan baliho Rizieq Shihab hingga hadir dalam rilis kasus pembunuhan 6 laskar FPI.

"Jadi ini soal jenderal yang loyal dan dicap jenderal merah putih, yang tidak fanatik dan pro Pancasila. Dengan politik itu ganjarannya sudah dapat (Dudung naik pangkat jadi Pangkostrad). Padahal dalam masa seperti itu tidak ada prestasi lain selain turunkan baliho, menantang perang FPI dan Rizieq Shihab," 

"Jadi kalau mau dekat dengan pemerintah maka anda bisa memeilih statement mana yang mau didengarkan pemerintah saat ini," demikian Refly.