JAKARTA - Juru bicara utama Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui, Rusia belum mencapai tujuan militernya di Ukraina, kendati waktu berjalan hampir sebulan sejak invasi mereka pada 24 Februari lalu.
Setelah gagal merebut ibu kota Kyiv atau kota besar lainnya dengan serangan cepat, Rusia mengobarkan perang yang telah membuat beberapa daerah perkotaan menjadi puing-puing.
Dalam wawancara dengan CNN Dmitry Peskov mengungkapkan, saat menggelar pertemuan dengan para pejabat pertahanan Rusia ia mengatakan, pejabat di negara-negara NATO terkemuka telah membiarkan diri mereka membuat komentar agresif tentang Rusia.
"Oleh karena itu saya dengan ini memerintahkan Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Umum untuk menempatkan Russian Army Deterrence Force dalam status siaga tempur," ujarnya dikutip dari CNN 23 Maret.
Ketika ditanya apa yang menurut Presiden Putin telah dia capai di Ukraina sejauh ini, Peskov menjawab: "Ya, pertama-tama, belum. Dia belum mencapainya."
Juru bicara itu juga mengklaim, operasi militer khusus berlangsung secara ketat sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya."
Dalam kesempatan tersebut Peskov juga mengulangi tuntutan Presiden Putin, mengatakan tujuan utama dari operasi adalah untuk "menyingkirkan potensi militer Ukraina," untuk memastikan Ukraina adalah "negara netral," untuk menyingkirkan "batalyon nasionalis."
Selain itu, juga untuk memastikan Ukraina menerima Krimea bagian dari Rusia, serta menerima Donetsk dan Lugansk yang telah menyatakan pemisahan diri sebagai negara merdeka.
BACA JUGA:
Sebelumnya dia mengatakan "tidak seorang pun" pernah mengira operasi di Ukraina akan memakan waktu hanya beberapa hari dan kampanye akan direncanakan, kantor berita TASS melaporkan.
Diketahui, invasi yang telah berlangsung hampir sebulan ini telah memaksa lebih dari 3,5 juta orang mengungsi, membawa isolasi ekonomi Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya, menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Barat yang tidak terpikirkan selama beberapa dekade.
Kantor hak asasi manusia PBB di Jenewa mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya telah mencatat 953 kematian warga sipil dan 1.557 terluka sejak invasi. Kremlin membantah menargetkan warga sipil.