Sebut Perlu Arsitektur Keamanan Baru Moskow-Barat Pasca-Invasi Rusia ke Ukraina, Turki: Tidak Bisa Perang Dingin Lagi
Wanita lansia Ukraina terharu memeluk petugas penyelamat yang berhasil mengevakuasi dirinya dari bangunan yang terkena serangan Rusia. (Wikimedia Commons/dsns.go.ua/State Emergency Service of Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Jelang sebulan invasi Rusia ke Ukraina, alih-alih gencatan sejata, intensitas bentrokan pasukan kedua negara justru meningkat, dengan jumlah korban tewas, luka maupun warga yang mengungsi terus bertambah.

Ini membuat Kepala Penasihat dan Juru Bicara Presiden Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin mengatakan kasus Moskow harus didengar sebagai bagian dari arsitektur keamanan baru yang dibangun antara Rusia dan blok Barat, dalam sebuah wawancara dengan New York Times.

Menurutnya, "kasus Rusia harus didengar, karena setelah perang ini, harus ada arsitektur keamanan baru yang dibangun antara Rusia dan blok Barat."

"Kami tidak dapat menghadapi Perang Dingin lagi, itu akan buruk bagi semua orang serta merugikan seluruh sistem politik dan keuangan internasional," terang Kalin mengutip TASS dari New York Times 21 Maret.

"Setiap keputusan yang kami buat, setiap langkah yang kami ambil sekarang berkaitan dengan Rusia secara militer, politik, ekonomi, dan lainnya, akan berdampak pada arsitektur keamanan baru itu," papar Kalin.

Rusia memulai invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu, setelah Presiden Vladimir Putin mengizinkan operasi militer khusus untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara itu.

Sementara, Ukraina dan Barat menilainya sebagai langkah tak beralasan untuk memulai perang, diikuti dengan penjatuhan sanksi oleh sejumlah negara, di antaranya Amerika Serikat dan Inggris, serta Uni Eropa. Langkah yang dibalas Rusia dengan menjatuhkan sanksi terhadap negara-negara terkait.