JAKARTA – Pakaian adat NTT dari berbagai suku sangat menarik untuk diketahui, mengingat ada banyak suku di provinsi tersebut yang tinggal di pulau-pulau kecil.
Pakaian adat NTT pernah menjadi perhatian publik setelah dikenakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR pada 18 Agustus 2020 lalu.
Kala itu, Presiden Jokowi terlihat mengenakan baju adat khas Sabu, suku yang mendiami Pulau Sawu dan Pulau Raijua di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Eks Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu tampil gagah dan berkharisma dengan pakaian adat berwarna emas dan hitam.
Selain baju adat Sabu, NTT juga memiliki beberapa jenis pakaian adat lainnya. Apa saja? Berikut kami sajikan informasi lengkapnya.
Deretan pakaian adat NTT dari berbagai suku
Dihimpun VOI dari berbagai sumber, beberapa baju adat NTT dari berbagai suku yang mendiami wilayah tersebut antara lain:
1. Pakaian adat suku Rote
Mengutip buku Pakaian Tradisional Asean (1991), baju adat suku Rote terdiri dari sarung dengan bahan katun berwarna dasar hitam dan bermotif bunga serta geometris. Pakaian adat ini dilengkapi dengan selendang berwarna coklat dengan motif bunga.
Di bagian ujung pinggirnya terdapat rumbai-rumbai. Selain itu, ada pula ikat pinggang yang terbuat dari perak atau emas.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Pakaian adat laki-laki Rote dicirikan dengan pemakaian sarung, selimut dan topi.
Ciri lain yang membuat baju adat ini terlihat unik adalah motif tenun ikat yang dipakai. Saat upacara perkawinan dengan adat Rote, kain tenun dipakai sebagai kelengkapan busana pengantin, barang antaran dan penutup tempat sirih saat meminang gadis.
Lain halnya dengan upacara kematian, kain tenun digunakan untuk menutup jenazah. Tak hanya itu, kain tenun juga dibentangkan di bagian bawah plafon rumah untuk menaungi tempat tidur jenazah. Ketika jenazah diangkat keluar rumah untuk dikebumikan, kain tenun yang dibentangkan diambil kembali dan disimpan oleh kepala suku.
Di masa lampau, penggunaan kain tenun rote mencerminkan status sosial seseorang. Akan tetapi, kini, pemakaian kain tenun tak lagi mengacu pada status sosial. Kain tenun khusus memang masih ada yang dipakai untuk upacara adat. Namun, saat inim kain tenun sudah banyak diproduksi sebagai cendera mata dalam beragam bentuk, seperti tas, aksesoris dan ikat kepala.
2. Pakaian adat suku Sabu
Baju adat NTT dari suku Sabu yang biasanya dipakai oleh pria adalah kemeja putih dengan lengan panjang, selendang dan bawahan.
Selendang yang dipakai merupakan sarung tenun yang diselempangkan pada bagian bahu. Selain itu, masih ada ikat kepala yang terbuat dari emas kalung mutisalak, sabuk berkantong dan perhiasan kalung dan leher.
Sementara, pakaian adat suku Sabu untuk wanita adalah kebaya dan kain tenun alias pending. Kain tenun ini merupakan sarung yang diikat di pinggang.
Menurut Genevieve Duggan, seorang antropolog dari Prancis, pakaian adat suku Sabu atau Sawu tak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh. Namun juga sebagai identitas dan cara mereka mendokumentasikan sejarah.
“Di sawu, tekstil adalah sejarah,” ucap Genevieve, dikutip VOI dari Historia, Senin, 5 April 2021.
3. Pakaian adat suku Helong
Pakaian adat NTT yang ketiga adalah berasal dari suku Helong. Baju adat suku Helong terdiri dari dua jenis. Pertama, baju adat khusus laki-laki berupa selimut besar yang diikat pada bagian pinggang untuk bawahan, baju bodo atau kemeja, destar untuk ikat kepala dan habas atau kalung.
Sementara yang kedua adalah baju adat khusus untuk untuk perempuan. Baju ini berupaka kebaya, kemben, perhiasan kepala berbentuk bulan sabit. Baju ini dilengkapi dengan aksesoris tambahan, seperi ikat pinggang emas, sarung, giwang atau karabu dan kalung berbentuk bulan.
4. Pakaian adat suku Dawan
Pakaian adat NTT yang dipakai oleh suku Dawan disebut baju amarasi. Untuk kalangan pria, baju adat amarasi terdiri dari selimut kain tenun ikat dan baju bodo.
Selain itu, ada juga sejumlah aksesoris antara lain kalung, ikat kepala dengan hiasan mutiara, gelang timor dan muti salak.
Sementara, baju adat suku Dawan yang dipakai wanita terdiri dari saring tenun, selendang, dan kebaya. Untuk aksesoris tambahannya, baju adat ini dilengkapi dengan kalung muti salak, tusuk konde, gelang dikepala, dan juga sisir emas.
5. Pakaian adat suku Sumba
Pakaian tradisional masyarakat dari suku Sumba, Nusa Tenggara Timur sebenarnya tidak terlalu banyak pernak-pernik.
Para pria di suku Sumba biasanya memakai kain lebar yang disebut hinggi untuk menutupi tubuh mereka. Kemudian, di bagian kepala, memakai penutup kepala yang dililit dan berjambul alias riara patang. Ada juga kabiala atau parang yang diselipkan pada kiri ikat pinggang, dan perhiasan kanatar dan mutisalak sebagai gelang.
Sedangkan, baju adat suku Sumba untuk wanita adalah sarung yang dipakai setinggi dada, lalu bahunya diselimuti kain toba dengan warna yang senada dengan sarung.
Untuk aksesorisnya, wanita Sumba memakai haikara atau tiara bermotif polos, morga untuk bagian dahi, mamuli berwarna keemasan untuk giwang atau anting, serta kalung emas.
6. Pakaian adat suku Manggarai
Pria atau wanita yang memakai pakaian adat NTT khas suku Manggarai wajib menyertakan kain songke. Bagi pria, kain tersebut dikombinasikan dengan ikat kepala bermotif songke, kemeja putih lengan panjang, selendang dan tubirapa (kain kecil warna merah).
Sedangkan untuk kaum perempuan, kain dongke dipakai dalam bentuk sarung. Kemudian dilengkapi dengan perhiasan kepala mirip mahkota bernama Balibelo yang terbuat dari logam emas, serta selendang dengan motif songke.
BACA JUGA:
7. Pakaian adat suku Lamaholot
Ada dua macam baju adat dari suku Lamaholot, yakni Nowin dan Kwatek. Nowin adalah kain tenun bermotif datar berupa garis-garis yang hanya dipakai oleh laki-laki. Aksesorisnya adalah kenobo (ikat kepala) kalabala (gelang gading), lodang, dan pastipo (sejenis keris).
Adapun Kwatek adalah baju adat yang dipakai wanita suku Lamaholot. Baju ini meliputi tenapi, yakni kain tenun ikat berbahan sutra yang umumnya bermotif kuntum bunga. Kemudian mahkota bulan di bagian kening, sidok (kalung manik-manik emas), lodang, kalla (gelang gading) anting-anting dan cincin selaka.