JAKARTA - Gempuran pasukan militer Rusia ke Ukraina semakin intens. Kremlin mulai mengeluarkan senjata-senjata rahasia mereka yang selama ini disembunyikan. Salah satunya rudal hipersonik Kinzhal.
Rusia menggunakan rudal hipersonik Kinzhal terbarunya untuk pertama kalinya di Ukraina pada Jumat 18 Maret waktu setempat. Rudal Kinzhal berhasil menghancurkan tempat penyimpanan senjata di barat negara itu, kata kementerian pertahanan seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu 19 Maret.
Rusia belum pernah mengakui menggunakan senjata presisi tinggi dalam pertempuran. Dan inilah penggunaan pertama senjata hipersonik Kinzhal selama konflik di Ukraina pro-Barat.
“Sistem rudal penerbangan Kinzhal dengan rudal aeroballistik hipersonik menghancurkan gudang bawah tanah besar yang berisi rudal dan amunisi penerbangan di desa Deliatyn di wilayah Ivano-Frankivsk”, kata kementerian pertahanan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut rudal Kinzhal menjadi senjata ideal yang mampu terbang dengan 10 kali kecepatan suara. Kecepatannya ini bisa lolos dari sistem pertahanan udara.
Rudal Kinzhal adalah salah satu dari serangkaian senjata baru yang diungkapkan Putin dalam pidato kenegaraannya pada tahun 2018.
Rusia bangga dengan persenjataan canggihnya, dan Presiden Vladimir Putin mengatakan pada bulan Desember bahwa Rusia adalah pemimpin global dalam rudal hipersonik, yang kecepatan, kemampuan manuver, dan ketinggiannya membuat mereka sulit dilacak dan dicegat.
Dikumpulkan dari berbagai sumber, rudal hipersonik dapat terbang di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara. Dengan kecepatan seperti itu, apalagi kemampuannya yang lebih bisa bermanuver dibanding rudal konvensional, tak aneh kalau rudak ini mampu menghindari intersepsi dari pertahanan udara
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan rudal yang digunakan untuk menargetkan gudang senjata di Ukraina dan mampu mencapai target pada jarak lebih dari 2.000 km (1.242 mil).
Tahun lalu, Rusia klaim sudah berhasil melakukan uji tembak rudal hipersonik dari kapal fregat di Laut Putih di lepas pantai barat lautnya.
Selain Rusia, China, AS, dan setidaknya lima negara lain sebenarnya sedang mengerjakan teknologi rudal hipersonik seperti ini.