Dinilai Efektif Hancurkan Sasaran, Rusia Bakal Lanjutkan Penggunaan Rudal Hipersonik Kinzhal untuk Serang Militer Ukraina
Jet tempur MiG-31 Rusia membawa rudal hipersonik Kinzhal. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/The Presidential Press and Information Office)

Bagikan:

JAKARTA - Penggunaan rudal hipersonik udara-ke-permukaan Kinzhal dalam pertempuran di Ukraina, mengkonfirmasi efisiensinya dalam menghancurkan sasaran-sasaran keras, menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov.

Rusia pada Sabtu mengaku menggunakan rudal Kinzhal hipersonik untuk menghancurkan gudang besar senjata di wilayah Ivano-Frankivsk barat di Ukraina. Penggunaan kali pertama sejak invasi pada 24 Februari.

"Penggunaan tempur sistem rudal peluncuran udara Kinzhal telah mengkonfirmasi efektivitasnya, dalam menghancurkan target musuh khusus yang sangat dilindungi," ujar Mayjen Konashenkov seperti dikutip dari TASS 22 Maret.

"Rudal Kinzhal digunakan dengan hulu ledak konvensional," sambungnya.

Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam pidatonya di Majelis Federal pada 1 Maret 2018, memberikan ringkasan singkat tentang karakteristik sistem rudal Kinzhal. Kecepatannya 10 kali kecepatan suara. Jangkauannya lebih dari 2.000 km> Mampu melakukan manuver untuk mengelak pada setiap tahap penerbangannya, yang memungkinkannya untuk mengatasi semua sistem pertahanan udara dan pertahanan rudal. Dan, dapat dilengkapi dengan hulu ledak konvensional dan nuklir.

Diberitakan sebelumnya, Mayjen Konashenkov dalm konferensi pers Hari Sabtu pekan mengatakan, gudang bawah tanah yang dihantam sistem Kinzhal pada Jumat, menyimpan rudal dan amunisi pesawat Ukraina, demikian menurut rekaman konferensi pers yang dibagikan oleh kantor-kantor berita Rusia.

Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengungkapkan pasukan Rusia juga menggempur radio militer dan pusat-pusat pengintaian dekat kota pelabuhan Ukraina, Odessa, dengan menggunakan sistem rudal pantai Bastion-P.

Diketahui, Rusia menyebut serbuannya ke Ukraina sebagai operasi militer khusus untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari Nazi. Sementara, Barat menggambarkan ini sebagai dalih palsu untuk perang agresi yang tidak beralasan, untuk menaklukkan negara yang oleh Presiden Vladimir Putin digambarkan sebagai tidak sah.