Joe Biden Bilang Presiden Putin Penjahat Perang, Kremlin Meradang: Padahal Bom Mereka Tewaskan Ratusan Ribu Orang
Presiden Joe Biden foto via Twitter @POTUS

Bagikan:

JAKARTA - Kremlin tidak bisa memaafkan pernyataan dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang bilang Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang.

"Tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Kamis 17 Maret.

Dmitry Peskov bilang, logika yang sedang dibangun Presiden Joe Biden sungguh tidak masuk akal. Padahal bom-bom Amerika Serikat sudah menewaskan ratusan ribu orang di seluruh dunia.

"Kami menganggap retorika kepala negara yang tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan, yang bomnya menewaskan ratusan ribu orang di seluruh dunia," ucapnya dikutip dari NBC News.

Dalam percakapan singkat dengan wartawan pada Rabu pagi, Biden sempat ditanya apakah dia yakin Putin adalah penjahat perang.

Awalnya Biden menjawab tidak. Namun dia lalu meminta reporter itu untuk mengulangi pertanyaannya.

"Saya pikir dia adalah penjahat perang," kata Biden saat itu.

Moskow belum merebut salah satu kota terbesar Ukraina setelah invasi yang dimulai pada 24 Februari, serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua, meningkatkan kekhawatiran konflik yang lebih luas di Barat yang tidak terpikirkan selama beberapa dekade.

Presiden Putin pada Hari Rabu mengatakan dia siap untuk membahas status netral untuk Ukraina, tetapi apa yang dia sebut 'operasi militer khusus' untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara itu 'berjalan sesuai rencana' dibenarkan oleh kebutuhan untuk menegakkan keamanan Rusia. Ukraina dan Barat mengatakan Moskow melakukan serangan tanpa alasan.

Pasukan Kremlin terus membombardir kota-kota yang terkepung, termasuk penembakan intensif di ibu kota Kyiv, seiring dengan lebih dari 3 juta orang Ukraina telah melarikan diri dan ratusan orang tewas.

Amerika Serikat menawarkan tambahan 800 dolar AS juta dalam bantuan keamanan ke Ukraina untuk memerangi Rusia, dengan paket baru termasuk drone dan sistem anti-baju besi.

"Lebih banyak lagi akan datang karena kami mendapatkan stok peralatan tambahan yang kami siap untuk transfer," kata Biden, yang kemudian mengutuk Presiden Putin, melansir Reuters 17 Maret.