Bagikan:

JAKARTA - Pengepungan dan penyerangan terhadap kota-kota di Ukraina terus berlanjut, menyebabkan jumlah korban tewas, luka-luka dan mereka yang mengungsi terus bertambah, saat perundingan damai Rusia dengan Ukraina tidak mencapai banyak kemajuan.

Ibu kota Ukraina, Kyiv, mendapat serangan baru dari Rusia ketika tim penyelamat di pelabuhan Mariupol yang terkepung menggali korban selamat dari puing-puing bangunan yang dibom.

Perang telah menjadi pola pengepungan kota, dengan pejabat Ukraina melaporkan serangan Rusia terhadap sekolah, rumah sakit dan fasilitas budaya.

Kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa Bangsa di Jenewa, Swiss mengungkapkan, sejauh ini 2.032 warga sipil menjadi korban invasi Rusia ke Ukraina, dengan rincian 780 orang tewas dan 1.252 terluka.

Selain itu, sekitar 3,2 juta warga sipil, kebanyakan wanita dan anak-anak, kini telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, kata PBB. Seorang pejabat Ukraina mengatakan sekitar 3.810 orang dievakuasi melalui koridor kemanusiaan pada Kamis, jumlah yang jauh lebih kecil dari Rabu.

Di Mariupol, sebuah kota pelabuhan selatan, tim penyelamat menggali korban selamat dari puing-puing sebuah teater yang menurut para pejabat telah terkena serangan udara pada hari Rabu ketika warga sipil berlindung di sana dari pemboman. Rusia sendiri membantah menyerang teater.

evakuasi warga sipil
Tim penyelamat menggali puing reruntuhan bangunan untuk mencari korban selamat. (Wikimedia Commonsdsns.gov.ua/State Emergency Service of Ukraine)

Mariupol telah mengalami bencana kemanusiaan terburuk dalam perang, dengan ratusan ribu warga sipil terperangkap di ruang bawah tanah tanpa makanan, air, atau listrik. Pejabat kota mengatakan mereka masih belum dapat memperkirakan jumlah korban dari teater tersebut.

"Kemarin dan hari ini, meskipun terjadi penembakan terus menerus, puing-puing sedang dibersihkan sebanyak mungkin dan orang-orang diselamatkan. Informasi tentang korban masih diklarifikasi," kata dewan kota dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 18 Maret.

Menanggapi tudingan tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan tuduhan bahwa Rusia telah mengebom teater itu bohong, dan bahwa "angkatan bersenjata Rusia tidak mengebom kota-kota besar".

Sementara pinggiran timur laut dan barat laut Kyiv telah mengalami kerusakan parah, tetapi ibu kota itu sendiri kokoh bertahan, di bawah jam malam dan menjadi sasaran serangan roket mematikan setiap malam.

Sebuah bangunan di distrik Darnytsky Kyiv rusak parah. Saat warga membersihkan kaca, seorang pria berlutut menangis di samping tubuh seorang wanita yang ditutupi seprai berdarah.

Adapun Viacheslav Chaus, gubernur wilayah yang berpusat di garis depan kota Chernihiv utara, mengatakan 53 warga sipil telah tewas di sana dalam 24 jam terakhir. Jumlah korban tidak dapat diverifikasi secara independen.

Salah satu dari mereka yang tewas di Chernihiv adalah seorang warga negara AS, Jimmy Hill, yang ditembak mati saat sedang mengantre roti, kata keluarganya.

"Tubuhnya ditemukan di jalan," tulis saudara perempuannya di Facebook.

evakuasi warga
Pemadam kebakaran berusaha memadamkan api di gedung yang terkena serangan Rusia. (Wikimedia Commonsdsns.gov.ua/State Emergency Service of Ukraine)

Tak hanya warga dan bangunan sipil yang terkena imbas perang kali ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Hari Kamis, pihaknya telah memverifikasi 43 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Ukraina yang telah menewaskan 12 orang dan melukai puluhan lainnya, termasuk petugas kesehatan.

“Dalam konflik apa pun, serangan terhadap layanan kesehatan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada Dewan Keamanan PBB, tanpa merinci siapa yang harus disalahkan atas serangan itu.

Pembicaraan damai hari keempat berturut-turut antara negosiator Rusia dan Ukraina berlangsung melalui tautan video, tetapi Kremlin mengatakan kesepakatan belum tercapai.

"Delegasi kami melakukan upaya kolosal. Delegasi kami siap bekerja sepanjang waktu, tapi sayangnya kami tidak melihat semangat seperti itu dari pihak Ukraina," terang Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Moskow sebelumnya mengatakan hampir menyetujui formula yang akan membuat Ukraina tetap netral, salah satu tuntutannya.

Sementara itu, Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan negosiasi itu rumit.

"Posisi masing-masing pihak berbeda. Bagi kami, masalah fundamental tidak bisa diganggu gugat," tegasnya.

Ukraina telah mengatakan bersedia berundingn untuk mengakhiri perang, tetapi tidak akan menyerah atau menerima ultimatum Rusia. Mereka berpegang pada posisi intinya, mempertahankan kedaulatan atas wilayah yang diduduki sejak 2014 oleh pasukan Rusia dan pro-Rusia.

Diketahui, Kyiv dan sekutu Baratnya mengatakan Rusia melancarkan perang untuk menaklukkan tetangga yang disebut Presiden Putin sebagai negara buatan. Sementara, Moskow mengatakan sedang melakukan "operasi khusus" untuk melucuti senjata Ukraina.