Kremlin: Tidak Ada Kemajuan Signifikan dalam Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina, Dasar untuk Pembicaraan Dua Presiden
Presiden Rusia Vladimir Putin (Sumber: Kremlin.ru) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy (Facebook Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy). (Kolase/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kremlin mengatakan pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina belum membuat kemajuan yang signifikan Hari Senin, sementara itu menjadi dasar untuk pembicaraan presiden kedua negara.

Moskow menuduh Kyiv menghentikan pembicaraan damai dengan membuat proposal yang tidak dapat diterima oleh Rusia. Sementara, Ukraina mengatakan bersedia untuk bernegosiasi, tetapi tidak akan menyerah atau menerima ultimatum Rusia.

Berbicara kepada wartawan melalui panggilan konferensi, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, kemajuan signifikan dalam pembicaraan masih harus dibuat, agar ada dasar bagi kemungkinan pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

"Bagi kami untuk berbicara tentang pertemuan antara kedua presiden, pekerjaan rumah harus dilakukan. Pembicaraan harus diadakan dan hasilnya disepakati," kata Peskov, melansir Reuters 22 Maret.

"Belum ada kemajuan yang signifikan sejauh ini," tandas Peskov.

Dalam kesempatan tersebut, Peskov juga menegaskan kembali klaim Rusia menunjukkan kesediaan lebih dari negosiator Ukraina, untuk bekerja menuju kesepakatan pada pembicaraan.

"Mereka (negara-negara) yang dapat menggunakan pengaruh mereka atas Kyiv untuk membuatnya lebih akomodatif dan membangun pembicaraan ini," jelas Peskov.

Diketahui, pembicaraan damai Rusia-Ukraina sejauh ini sudah digelar secara langsung tiga kali di Belarusia, dengan putaran berikutnya digelar secara online hingga empat kali namun belum juga memberikan hasil maksimal.

Sementara, sejumlah negara dan pemimpinnya telah menawarkan kesediaan menjadi mediator atau menyediakan tempat untuk pembicaraan damai Presiden Putin dan Presiden Zelensky. Tercatat ada Presiden Turki Recep Tayyip Rrdogan, Presiden Swiss Ignazio Cassis dan PM Israel Naftali Bennett.