JAKARTA - Pemerintah membuka pintu masuk turis asing meskipun kasus Virus Corona varian Omicron terus meningkat belakangan ini. Hal ini ditandai dengan masuknya wisatawan mancanegara asal Jepang menggunakan maskapai Garuda Indonesia.
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menilai kebijakan tersebut terbilang paradoks. Sebab menurutnya, ditengah kasus COVID-19 sedang tinggi siapa wisatawan yang mau berkunjung. Di sisi lain, konsistensi dan keseriusan pemerintah dalam menangani wabah juga dipertanyakan.
“Bukan sekadar siapa yang mau datang ke Indonesia saat Omicron mendaki, tapi juga konsistensi dan keseriusan pemerintah atasi COVID-19,” ujar Hidayat, Selasa, 8 Februari.
Politikus senior PKS itu mempertanyakan konsistensi pemerintah, lantaran di saat menaikkan PPKM ke level 3 untuk sejumlah wilayah termasuk Jakarta, yang berkebijakan justru membuka pintu internasional di 4 bandara.
Di antaranya, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Haji Fisabililah Tanjung Pinang, dan Bandara Soekarno Hatta Tangerang.
“Di satu pihak bahkan PPKM naik jadi 3, ibadah di Masjid diatur-atur, sekolah tak 100 persen PTM, tapi 4 pintu internasional/tourisme malah dibuka,” kata Hidayat.
Sebelumnya, Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya mengatakan, pembukaan pintu masuk turis merupakan pilot project. Di mana Indonesia mencoba memulihkan sektor pariwisata, terutama di Bali.
BACA JUGA:
Tidak hanya itu, penerbangan internasional memang sudah dibuka sejak Oktober 2021. "Jadi memang tidak ada pelanggaran," kata Nia dalam Weekly Press Briefing secara virtual, Senin, 7 Februari.
Nia melanjutkan, protokol kesehatan tetap diterapkan secara tegas, termasuk menerapkan aturan 3M dan 3T selama pembukaan ini. Adapun 3M adalah mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak, sementara 3T adalah pemeriksaan dini, pelacakan, dan perawatan.
"Penerapan pembukaan pintu penerbangan ini menerapkan skema warm up vacation. Yang artinya pemanasan sebelum melakukan liburan," katanya.