Bagikan:

JAKARTA - China telah mendesak Organisasi/Tentara Kemerdekaan Kachin (KIO/A) untuk menahan diri dari memerangi militer Myanmar, termasuk di daerah dekat perbatasan China, menjelang Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 yang dimulai 4 Februari mendatang, menurut pernyataan KIO yang diterbitkan pada Hari Rabu.

Pernyataan itu mengatakan, permintaan Negeri Tirai Bambu tersebut merupakan masalah serius yang harus ditangani demi keamanan regional.

"Untuk mengatasi krisis saat ini dan untuk mewujudkan demokrasi federal yang diharapkan publik, komite pusat KIO akan berkolaborasi dengan semua organisasi yang kami bisa," bunyi pernyataan tersebut.

Juru bicara KIO Kolonel Naw Bu mengkonfirmasi Pemerintah China telah menghubungi kelompok tersebut, meminta mereka untuk tidak bentrok dengan tentara Myanmar sepanjang Februari, ketika Olimpiade Musim Dingin dan Paralimpiade dijadwalkan berlangsung.

Dia mengakui pentingnya stabilitas regional, tetapi mengatakan kepada Myanmar Now bahwa organisasinya akan terus menentang junta.

"Kami mendukung berakhirnya kediktatoran. Kami menjunjung tinggi tujuan kami, yaitu untuk melawan kediktatoran bersama organisasi lain yang memiliki tujuan bersama," ujarnya mengutip Myanmar Now 27 Januari.

Pengumuman KIO pada Hari Rabu bukanlah permintaan bagi kelompok bersenjata lain untuk berhenti memerangi junta, atau tawaran gencatan senjata kepada dewan militer, Kolonel Naw Bu menjelaskan.

Pernyataan tujuh poin itu mengutuk pemindahan yang meluas di Myanmar dan meminta militer untuk menghormati keinginan politik rakyat, untuk berhenti menargetkan warga sipil, mengizinkan bantuan kemanusiaan untuk menjangkau publik.

KIO juga memperingatkan militer akan menghadapi kehancuran total, jika pertempuran dengan pasukan perlawanan berlanjut dalam jangka panjang. Dewan militer belum menanggapi pernyataan KIO.

Surat kabar yang dikendalikan Junta melaporkan pada hari yang sama, pada Hari Senin tentara telah menyita komoditas dari sebuah organisasi masyarakat sipil di Loikaw, Negara Bagian Karenni yang mereka duga dimaksudkan untuk didistribusikan ke Angkatan Pertahanan Rakyat yang anti kediktatoran.

Di antara barang-barang yang disita adalah ribuan bungkus mie instan, daging yang diawetkan, minyak goreng dan perlengkapan kebersihan dasar, menurut foto yang dirilis oleh militer.

Diduga barang-barang tersebut adalah sumbangan untuk ratusan ribu pengungsi internal (IDP) di Negara Bagian Karenni. Kolonel Naw Bu mengkritik militer karena mencegah bantuan menjangkau orang-orang yang membutuhkan.

"Militer sedang mencoba untuk mencegat dukungan yang diberikan oleh komunitas internasional untuk para IDP. Ini sangat mengkhawatirkan," kritiknya.

Untuk diketahui, KIA, yang bermarkas di Laiza di perbatasan Negara Bagian Kachin-China, telah merebut beberapa pangkalan dan pos-pos militer Myanmar sejak kudeta militer pada 1 Februari tahun lalu.

Organisasi tersebut juga telah bekerja sama dengan Pemerintah Persatuan Nasional bawah tanah (NUG), memberikan perlindungan dan pelatihan militer bagi warga sipil yang telah memilih untuk bergabung dalam perjuangan bersenjata melawan junta.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus menyatukan situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.