Rusia dan Ukraina Sepakat Gencatan Senjata Harus Dipatuhi Tanpa Syarat, Lanjutkan Pembicaraan Damai di Berlin
Ilustrasi militer di perbatasan Ukraina. (Wikimedia Commons/Anton Holoborodko)

Bagikan:

JAKARTA - Juru runding Rusia dan Ukraina sepakat gencatan senjata permanen di Ukraina timur harus dipatuhi 'tanpa syarat', setelah pembicaraan selama berjam-jam di Paris pada Rabu.

Pengumuman itu muncul setelah pertemuan di Istana Elysee, Paris yang disebut Format Normandia, percakapan empat arah antara perwakilan dari Ukraina, Rusia, Jerman dan Prancis, mencoba untuk menengahi perdamaian di Ukraina timur sejak 2014.

Ketegangan antara Moskow dan Kyiv mencapai puncaknya dalam beberapa tahun, dengan pasukan Rusia yang besar menumpuk di dekat perbatasan bersama kedua negara pecahan Uni Soviet, menimbulkan kekhawatiran invasi Rusia.

Berbicara setelah pertemuan Rabu, Kepala Perunding Moskow Dmitry Kozak mengatakan, gencatan senjata harus dipatuhi tanpa syarat, tetapi banyak masalah lain di Ukraina timur masih belum terselesaikan.

Pejabat Barat terus mendorong solusi diplomatik untuk ketegangan melalui implementasi penuh dari Perjanjian Minsk, protokol gencatan senjata yang ditandatangani oleh Ukraina dan Rusia pada tahun 2015.

"Kami sepakat bahwa terlepas dari perbedaan yang berbeda dari perjanjian Minsk yang ada antara Ukraina dan wilayah Donetsk dan Luhansk, gencatan senjata di Donbas harus dipatuhi tanpa syarat," kata Kozak, mengutip CNN 27 Januari.

Dia menambahkan, "kewajiban untuk mengimplementasikan perjanjian semacam itu terletak pada angkatan bersenjata Ukraina dan formasi bersenjata Republik Rakyat Donetsk (separatis timur) dan Republik Rakyat Luhansk."

Sementara, negosiator Ukraina Andriy Yermak mengatakan semua pihak mendukung gencatan senjata permanen dan Ukraina siap berunding sepanjang waktu, untuk mencegah perang dan mengurangi ketegangan di sekitar perbatasan.

Yermak menyebut pembaruan pembicaraan Format Normandia, pertama kali diadakan setelah invasi Rusia ke Krimea tahun 2014, sebagai sinyal yang sangat positif dan perjanjian substantif pertama sejak akhir 2019.

Dia menyebut pembicaraan sangat penting, tetapi bukan diskusi yang mudah sementara masih ada ketidaksepakatan, ada minat untuk membahasnya.

"Pekerjaan berlanjut dan saya dapat memberitahu Anda bahwa Ukraina seperti biasa siap untuk bernegosiasi, untuk bertemu 24-7. Karena bagi kami, untuk (Ukraina) Presiden (Volodymyr) Zelensky, untuk seluruh tim, tujuan menghentikan perang, mengakhiri perang dan mengembalikan wilayah kami. Dan hari ini yang juga termasuk meredakan ketegangan, deeskalasi di sekitar perbatasan Ukraina, adalah prioritas," papar Yermak.

Kozak dan Yermak mengatakan, pembicaraan akan dilanjutkan dalam waktu sekitar dua minggu di Berlin, Jerman

Diketahui, sebanyak 100.000 tentara Rusia tetap dikumpulkan di perbatasan Ukraina, meskipun ada peringatan dari Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin Eropa, tentang konsekuensi serius jika Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi.

Rusia telah berulang kali membantah merencanakan invasi tetapi berpendapat, dukungan NATO untuk Ukraina, termasuk peningkatan pasokan senjata dan pelatihan militer, merupakan ancaman yang berkembang di sisi baratnya.

Ketika Format Normandia berlangsung pada Hari Rabu, Amerika Serikat menyampaikan tanggapan tertulis atas keprihatinan Rusia atas Ukraina. Tuntutan utama Presiden Putin adalah, AS dan NATO berkomitmen untuk tidak pernah mengakui Ukraina ke dalam aliansi pertahanan yang beranggotakan 30 anggota

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menolak merinci secara spesifik yang disampaikan ke Moskow, tetapi mengatakan pihaknya menegaskan kembali tanggapan publik Barat untuk menegakkan "kebijakan pintu terbuka" NATO.

"Tidak ada perubahan. Tidak akan ada perubahan," sebut Blinken tentang dukungan AS dan NATO terhadap kebijakan pintu terbuka aliansi tersebut.

"Kami menjelaskan, ada prinsip-prinsip inti yang kami berkomitmen untuk tegakkan dan pertahankan, termasuk kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina, dan hak negara untuk memilih pengaturan dan aliansi keamanan mereka sendiri," tambahnya.