Bagikan:

JAKARTA - Gizi buruk pada anak bawah lima tahun (balita) masih menjadi pusat perhatian pemerintah saat ini. Sebagaimana diketahui, gizi buruk pada anak akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan seperti tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya, atau stunting.

Untuk di wilayah DKI Jakarta, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta tahun 2020, jumlah balita yang memiliki gizi kurang sebanyak 6.047 balita.

Wilayah Jakarta Timur menjadi penyumbang kasus balita gizi buruk tertinggi, sebanyak 1.826 balita. Penyumbang kedua jumlah terbanyak diikuti oleh wilayah Jakarta Barat sebanyak 1.823 balita, posisi ketiga diikuti wilayah Jakarta Pusat sebanyak 989 balita, posisi keempat di Jakarta Utara terdapat 498 balita dan jumlah terkecil berada di Jakarta Selatan hanya 108 balita.

Tingginya angka stunting di Jakarta merespon Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dengan menargetkan angka stunting turun hingga 0 persen.

Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Timur H R Krisdianto mengatakan, kondisi Pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, banyak keluarga yang terpaksa putus kerja atau di rumahkan. Sehingga berdampak pada ekonomi keluarga.

"Ekonomi keluarga ini berdampak pula terhadap pemberian nutrisi kepada anak - anak balita kita. Sehingga nutrisi yang kurang diberikan kepada balita ini, dampaknya sangat panjang. Pastinya menimbulkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia rentan, entah itu rentan penyakit," katanya saat dihubungi, Kamis 27 Januari.

Seperti diketahui, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, mengatakan pemerintah menargetkan angka stunting di Indonesia turun menjadi 14 persen tahun 2024. Maka setiap tahunnya perlu terjadi penurunan sekitar 3 persen. Hal itu disampaikan dalam percepatan penurunan stunting secara daring pada 20 Januari, lalu.