Bagikan:

JAKARTA - Iran pada Hari Senin menunjukkan kesediaan untuk membuka saluran diplomatik langsung dengan Amerika Serikat, guna melakukan pembahasan kesepakatan nuklir, kantor berita IRNA yang dikelola negara melaporkan.

Saat diskusi mengenai kesepakatan dengan kekuatan dunia sedang berlangsung, sinyal Iran tentang posisi barunya dilengkapi dengan prasyarat, bahwa dimulainya kembali dialog dengan Washington harus beralih ke kesepakatan yang baik.

Pada tahun 2018, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang memiliki keputusan akhir tentang semua masalah negara, melarang negosiasi apa pun dengan AS, dengan mengatakan negosiasi dengan Washington akan merugikan Teheran.

Awal bulan ini, Khamenei secara tidak langsung memberikan kode lampu hijau kepada tim negosiasi Iran untuk berbicara dengan AS, mengatakan bernegosiasi dan berinteraksi dengan musuh tidak berarti menyerah, seperti melansir Daily Sabah 24 Januari.

IRNA mengutip Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian yang mengatakan, "jika kita mencapai tahap dalam proses negosiasi di mana kebutuhan untuk kesepakatan yang baik dengan jaminan tinggi adalah untuk berdialog dengan Amerika pada tingkat tertentu, kita tidak akan mengabaikannya."

Iran dan kekuatan dunia telah memulai putaran lain pembicaraan nuklir di Wina, Austria yang bertujuan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 yang hancur. Pertemuan tersebut mencakup semua penandatangan kesepakatan yang tersisa—Iran, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan China.

Sebelumnya, AS telah berpartisipasi secara tidak langsung dalam pembicaraan yang sedang berlangsung, karena menarik diri dari kesepakatan pada 2018 di bawah Presiden Donald Trump saat itu.

Trump kemudian menerapkan kembali sanksi yang menghancurkan terhadap Iran. Langkah yang dibalas Teheran dengan mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen, langkah teknis singkat dari 90 persen yang dibutuhkan untuk membuat bom atom.

Usai terpilih sebagai Presiden AS, Joe Biden telah mengisyaratkan bahwa dia ingin bergabung kembali dengan kesepakatan itu.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pembicaraan dengan Iran mengenai program nuklirnya berada pada 'saat yang menentukan'. Ia juga memperingatkan, Washington dan sekutunya dapat mengubah taktik jika kesepakatan tidak tercapai dalam beberapa minggu mendatang.

Menlu Blinken mengatakan, semakin lama Iran gagal mematuhi kesepakatan Wina 2015, yang dimaksudkan untuk mengendalikan program nuklir Teheran, semakin dekat untuk bisa membangun senjata atom.

Iran bersikeras program nuklirnya adalah damai. Tetapi langkah-langkah negara itu menjauh dari kewajibannya berdasarkan perjanjian 2015 telah membuat khawatir Israel dan kekuatan dunia lainnya.