Dialog Pemulihan Kesepakatan Nuklir 'Menjadi Lebih Sulit', Pejabat Senior Iran Tuding Pihak Barat Berpura-pura
Fasilitas nuklir Iran di Natanz. (Wikimedia Commons/Hamed Saber)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang pejabat senior keamanan Iran mengatakan pada Hari Senin, kemajuan dalam pembicaraan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran 2015 menjadi 'lebih sulit', karena kekuatan Barat hanya 'berpura-pura' untuk membuat inisiatif.

Dialog pemulihan kesepakatan nuklir 2015 dengan format pembicaraan tidak langsung di Austria antara Iran dan Amerika Serikat dilanjutkan minggu lalu, setelah istirahat 10 hari.

Delegasi mengatakan, pembicaraan telah membuat kemajuan terbatas sejak mereka dilanjutkan pada November, setelah jeda lima bulan didorong oleh Pemilihan Presiden Iran yang dimenangkan oleh tokoh garis keras Iran Ebrahim Raisi.

"Pekerjaan negosiator Iran menuju kemajuan menjadi lebih sulit setiap saat, sementara pihak Barat 'berpura-pura' datang dengan inisiatif untuk menghindari komitmen mereka," Ali Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, mengatakan di Twitter, melansir Reuters 14 Februari.

Sementara itu, Mikhail Ulyanov, utusan Rusia untuk pembicaraan di Wina, mengatakan di Twitter beberapa jam sebelumnya: "Kemajuan signifikan telah dibuat dalam proses negosiasi."

Pada Hari Kamis pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan masih ada jalan panjang, sebelum kesepakatan 2015 dapat dihidupkan kembali. Kemajuan nuklir Iran dihentikan dengan imbalan pelonggaran sanksi ekonomi AS dan lainnya.

Perjanjian tersebut memberlakukan pembatasan pada kegiatan nuklir Iran yang memperpanjang waktu yang dibutuhkan Teheran untuk menghasilkan bahan fisil yang cukup untuk sebuah bom nuklir, jika mau, menjadi setidaknya satu tahun dari sekitar dua hingga tiga bulan.

Kebanyakan ahli mengatakan, waktu sekarang lebih pendek daripada ketika kesepakatan itu dibuat. Sementara, Iran sendiri tetap membantah mencari senjata nuklir.

Untuk diketahui, Presiden Donald Trump saat itu menarik Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir pada 2018, memberlakukan kembali sanksi hukuman AS terhadap ekonomi Iran yang memangkas ekspor minyak vitalnya.

Iran menanggapi dengan melanggar banyak pembatasan kesepakatan dan mendorong jauh melampaui mereka, memperkaya uranium mendekati tingkat senjata dan menggunakan sentrifugal canggih untuk melakukannya, yang telah membantunya mengasah keterampilannya dalam mengoperasikan mesin-mesin tersebut.