Tegas Peringatkan Moskow, Presiden Biden: Akan Jadi Bencana Bagi Rusia Jika Mereka Menginvasi Ukraina
Presiden Amerika Serikat Joe Biden. (Wikimedia Commons/Gage Skidmore)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperkirakan pada Hari Rabu, Rusia akan mengambil tindakan terhadap Ukraina, dengan menegaskan Moskow akan membayar mahal jika terjadi invasi skala penuh.

Komentar Presiden Biden pada konferensi pers Gedung Putih menyuntikkan ketidakpastian ke dalam, bagaimana Barat akan merespon jika Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina, mendorong Gedung Putih kemudian berusaha untuk mengklarifikasi apa yang dimaksud Biden.

"Dugaan saya adalah dia akan bergerak. Dia harus melakukan sesuatu," terang Presiden Biden tentang Presiden Putin pada konferensi pers, mengutip Reuters 20 Januari.

"Rusia akan dimintai pertanggungjawaban jika menyerang, dan itu tergantung pada apa yang dilakukannya. Itu satu hal jika itu adalah serangan kecil dan kami akhirnya harus berjuang tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dan lain-lain," papar Presiden Biden.

"Tetapi jika mereka benar-benar melakukan apa yang mampu mereka lakukan, itu akan menjadi bencana bagi Rusia jika mereka menginvasi Ukraina lebih lanjut."

Para pejabat Rusia telah berulang kali membantah berencana untuk menyerang, tetapi Kremlin telah mengumpulkan sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, peningkatan yang dikatakan Barat adalah persiapan untuk perang untuk mencegah Ukraina bergabung dengan aliansi keamanan NATO Barat.

Tak lama setelah konferensi pers hampir dua jam berakhir, Gedung Putih menekankan setiap langkah militer Rusia ke Ukraina akan menimbulkan tanggapan keras.

"Jika ada pasukan militer Rusia bergerak melintasi perbatasan Ukraina, itu adalah invasi baru, dan itu akan ditanggapi dengan tanggapan cepat, keras, dan bersatu dari Amerika Serikat dan sekutu kami," ujar sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki.

"Namun, serangan siber dan taktik paramiliter oleh Rusia akan ditanggapi dengan "tanggapan yang tegas, timbal balik, dan bersatu," lanjutnya.

presiden biden dan presiden putin
Pertemuan online Presiden Joe Biden dengan Presiden Putin. (Twitter/@WhiteHouse)

Terkait hal ini, Partai Republik menyatakan keprihatinan tentang pernyataan Biden.

"Setiap serangan oleh militer Rusia ke Ukraina harus dilihat sebagai serangan besar karena akan mengacaukan Ukraina dan negara-negara yang mencintai kebebasan di Eropa Timur," jelas Senator Republik Rob Portman.

Kendari demikian, Presiden Biden mengatakan pertemuan puncak ketiga dengan Presiden Putin "masih memungkinkan", setelah kedua pemimpin bertemu dua kali tahun lalu. Dia mengatakan, dirinya khawatir konflik Ukraina dapat memiliki implikasi yang lebih luas dan "bisa lepas kendali."

Berbicara kepada wartawan panjang lebar tentang krisis yang mengancam akan menelan kepresidenannya, Presiden Biden mengatakan dia yakin Putin akan menguji para pemimpin Barat. Tanggapan terhadap setiap invasi Rusia, katanya, akan tergantung pada skala tindakan Moskow dan apakah sekutu AS bertengkar tentang bagaimana harus bereaksi.

Ditanya apa yang dia maksud dengan 'serangan kecil', Presiden Biden mengatakan sekutu NATO tidak bersatu tentang bagaimana merespons tergantung pada apa yang sebenarnya dilakukan Putin, dengan mengatakan "ada perbedaan" di antara mereka dan bahwa dia mencoba untuk memastikan bahwa "semua orang mendukung halaman yang sama."

"Negara-negara besar tidak bisa menggertak, nomor satu. Nomor dua, gagasan bahwa kita akan melakukan apa saja untuk memecah NATO ... akan menjadi kesalahan besar. Jadi pertanyaannya adalah, apakah itu sesuatu yang jauh dari invasi signifikan atau hanya pasukan militer besar yang datang. Misalnya, menentukan apakah mereka terus menggunakan upaya siber, kita dapat merespons dengan cara yang sama," paparnya.

Dalam kesempatan yang sama, Presdien Biden juga mengatakan Presiden Putin telah memintanya untuk menjamin dua hal: Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan NATO dan senjata "strategis" atau nuklir tidak pernah ditempatkan di tanah Ukraina.

Sebelumnya, Kremlin mengatakan ketegangan di sekitar Ukraina meningkat dan masih menunggu tanggapan tertulis AS terhadap tuntutannya yang luas untuk jaminan keamanan dari Barat, termasuk penghentian ekspansi NATO lebih lanjut dan penarikan pasukan aliansi dari negara-negara Eropa tengah dan timur yang bergabung setelahnya. 1997.

Sementara, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pengiriman senjata Barat ke Ukraina, manuver militer dan penerbangan pesawat NATO harus disalahkan atas meningkatnya ketegangan di sekitar Ukraina.