ISIS Serang Pangkalan Militer di Diyala, 11 Tentara Irak Tewas
Ilustrasi konvoi militer Irak. (Wikimedia Commons/Mstyslav Chernov)

Bagikan:

JAKARTA - Kelompok militan ISIS membunuh 11 tentara Irak dalam serangan dini hari di pangkalan militer provinsi timur Diyala, kantor berita negara mengatakan pada Hari Jumat.

Serangan itu adalah salah satu yang paling mematikan yang dilakukan oleh kelompok ekstremis, terhadap pasukan keamanan Irak dalam beberapa bulan terakhir.

Menyusul kejadian tersebut, Komando Operasi Diyala Angkatan Darat mengirim bala bantuan ke markas besar di distrik Hawi Al Azim dan membuka penyelidikan.

"Serangan itu dilakukan terhadap anggota Divisi Pertama di daerah Al Azim yang terletak di perbatasan antara Diyala dan Salaheddin," terang Gubernur Diyala Muthanna Al Tamimi dalam sebuah pernyataan, mengutip The National News 21 Januari.

Lebih jauh Al Tamimi mengatakan, tentara tidak siap untuk serangan itu.

"Alasan utama (untuk serangan ini) adalah kelalaian dari pihak tentara karena pangkalan itu dibentengi. Ada kamera termal, kacamata penglihatan malam dan menara pengawas beton," paparnya.

Presiden Irak Barham Salih mengatakan serangan terbaru di Diyala menargetkan keamanan negara dan upaya untuk menghidupkan kembali terorisme tidak bisa dianggap enteng.

"Tugas kami adalah membentuk pemerintahan yang cakap yang melindungi keamanan nasional dan melayani rakyat," tulis Salih di Twitter.

Irak menyatakan kemenangan atas ISIS pada akhir tahun 2017, setelah merebut kembali wilayah utara dan barat yang direbut oleh kelompok ekstremis pada tahun 2014.

Tetapi, sisa-sisa kelompok itu telah melakukan pemberontakan ISIS tingkat rendah, khususnya di wilayah utara, yang mengganggu upaya untuk memulihkan stabilitas ke Irak setelah bertahun-tahun perang dan kerusuhan sektarian.

Irak saat ini menghadapi kekosongan, politik ketika kelompok parlemen mencoba untuk menyepakati pembentukan pemerintahan baru setelah pemilihan umum pada Bulan Oktober.

Serangan yang sering terjadi di sepanjang perbatasan antara Diyala dan Salaheddin dituding sebagai penyebab kurangnya koordinasi keamanan antara kedua provinsi.

Oktober lalu, militan ISIS menyerbu sebuah desa yang didominasi Syiah di Provinsi Diyala, menewaskan 11 warga sipil dan melukai beberapa lainnya. Para pejabat mengatakan serangan itu terjadi setelah gerilyawan menculik penduduk desa dan tuntutan tebusan mereka tidak dipenuhi.

Bulan sebelumnya, pejuang ISIS membunuh 10 polisi dan melukai empat orang dalam serangan terhadap pos penjagaan di dekat kota Kirkuk di utara. Sumber polisi mengatakan para penyerang bentrok selama dua jam dengan polisi yang ditempatkan di sebuah desa di kota Rashad, 30 kilometer barat daya Kirkuk.

Sementara pada bulan Juli, ISIS mengklaim pemboman sebuah pasar di kota Sadr, pinggiran Syiah ibukota Baghdad, yang menewaskan puluhan orang.

Untuk diektahui, laporan PBB tahun lalu memperkirakan bahwa sekitar 10.000 pejuang ISIS tetap aktif di Irak dan melintasi perbatasan di Suriah.