AS Serang Fasilitas Militan yang Didukung Iran di Suriah Usai Serangan Drone Tewaskan Warga Amerika
Menhan Lloyd Austin dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley saat memberikan keterangan bersama. (Wikimedia Commons/U.S. Department of Defense)

Bagikan:

JAKARTA - Militer Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap fasilitas militan yang didukung Iran di Suriah, usai serangan drone menewaskan seorang kontraktor AS dan melukai lima orang tentara AS, menurut Pentagon.

Serangan terhadap personel Amerika Serikat dan pembalasan tersebut, diungkapkan oleh Pentagon pada waktu yang sama pada Hari Kamis malam. Dikatakan, serangan terhadap personil AS terjadi di sebuah pangkalan koalisi di dekat Hasakah di timur laut Suriah sekitar pukul 13.38 (10:38 GMT) pada Hari Kamis, kata Pentagon.

Sementara itu, intelijen Negeri Paman Sam menilai pesawat tak berawak yang menyerang satu arah itu berasal dari Iran, kata militer, sebuah kesimpulan yang dapat memperburuk hubungan yang sudah tegang antara Washington dan Teheran.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan, serangan balasan tersebut dilakukan atas arahan Presiden Joe Biden dan menargetkan fasilitas-fasilitas yang digunakan oleh kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).

"Serangan udara tersebut dilakukan sebagai tanggapan atas serangan hari ini dan juga serangkaian serangan baru-baru ini terhadap pasukan Koalisi di Suriah oleh kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan IRGC," kata Menteri Austin dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 24 Maret.

"Tidak ada kelompok yang akan menyerang pasukan kami tanpa balasan," tegasnya.

Terpisah, The Syrian Observatory for Human Rights, sebuah kelompok yang memantau perang di Suriah, mengatakan serangan AS telah menewaskan delapan pejuang pro-Iran di Suriah.

Sebelumnya, serangan pesawat tak berawak terhadap personel AS menyebabkan luka-luka, menyebabkan tiga anggota militer dan seorang kontraktor, memerlukan evakuasi medis ke Irak, di mana koalisi pimpinan AS yang memerangi sisa-sisa ISIS memiliki fasilitas medis, demikian ungkap Pentagon. Dua tentara AS lainnya yang terluka dirawat di pangkalan di timur laut Suriah, tambah Pentagon.

Diketahui, pasukan AS sejauh ini telah mengalami sekitar 78 penyerangan oleh kelompok-kelompok yang didukung Iran sejak tahun 2021, menurut Komandan CENTCOM Jenderal Angkatan Darat Erik Kurilla.

Markas pasukan di Irak, tempat Iran juga memegang kendali, juga telah menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak dan roket dalam beberapa tahun terakhir.

Jenderal Kurilla, yang memberikan kesaksian di hadapan Komite Angkatan Bersenjata DPR pada Hari Kamis, memperingatkan tentang armada pesawat tak berawak Iran.

"Rezim Iran sekarang memiliki kekuatan kendaraan udara tak berawak terbesar dan paling mumpuni di kawasan ini," sebutnya memperingatkan

Sebelumnya, tiga pesawat tak berawak menargetkan sebuah pangkalan AS pada bulan Januari di wilayah Al-Tanf, Suriah. Militer AS mengatakan bahwa dua dari pesawat tak berawak tersebut ditembak jatuh, sementara pesawat tak berawak lainnya menghantam markas tersebut, melukai dua anggota pasukan Tentara Pembebasan Suriah.

Para pejabat AS percaya, serangan-serangan pesawat tak berawak dan roket diarahkan oleh milisi yang didukung oleh Iran, sebuah pengingat akan kompleksitas geopolitik Suriah di mana Presiden Bashar al-Assad mengandalkan dukungan dari Iran dan Rusia, serta melihat pasukan AS sebagai penjajah.

Serangan tersebut terjadi hanya beberapa minggu setelah jenderal tertinggi AS, Mark Milley, mengunjungi Suriah timur laut untuk menilai misi melawan ISIS dan risiko terhadap personel AS.

Ketika ditanya apakah dia yakin pengerahan sekitar 900 tentara AS ke Suriah sebanding dengan risikonya? Jenderal Milley mengaitkan misi tersebut dengan keamanan Amerika Serikat dan sekutunya, dengan mengatakan: "Jika Anda berpikir itu penting, maka jawabannya adalah 'Ya'."

"Saya pikir itu penting," kata Milley.

Meski ISIS telah kehilangan sebagian besar wilayah Suriah dan Irak yang mereka kuasai pada tahun 2014. Sel-sel tidur masih melakukan serangan tabrak lari di daerah-daerah terpencil, di mana koalisi pimpinan AS maupun tentara Suriah tidak memiliki kendali penuh.

Ribuan pejuang ISIS lainnya telah ditahan oleh Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin oleh Kurdi, sekutu utama Amerika di negara itu. Kendati demikian, para pejabat Amerika mengatakan bahwa ISIS masih dapat beregenerasi menjadi ancaman besar.