Bagikan:

JAKARTA - Suriah dan Arab Saudi dikabarkan sepakat untuk saling membuka kembali kedutaan besar mereka, usai pemutusan hubungan diplomatik lebih dari satu dekade lalu, langkah yang dinilai akan menjadi lompatan besar kembalinya Damaskus ke organisasi negara-negara arab, menurut sumber-sumber yang mengetahui hal ini.

Kabar upaya pemulihan hubungan Riyadh dan Damaskus, menyusul kesepakatan Arab Saudi untuk membangun kembali hubungannya dengan Iran, sekutu utama Presiden Bashar al-Assad, kata sumber regional yang dekat dengan Damaskus.

Pemulihan hubungan ini akan mendapat perhatian, terutama oleh negara-negara Arab untuk menormalkan hubungan dengan Assad, yang dijauhi oleh banyak negara Barat dan Arab, setelah perang saudara di Suriah pecah pada tahun 2011 silam.

Kedua pemerintah "bersiap untuk membuka kembali kedutaan besar masing-masing setelah Idulftri pada paruh kedua Bulan April, sebuah sumber regional kedua yang dekat dengan Damaskus mengatakan kepada Reuters, seperti dilansir 24 Maret.

Keputusan tersebut merupakan hasil dari pembicaraan di Arab Saudi dengan seorang pejabat intelijen senior Suriah, menurut salah satu sumber regional dan seorang diplomat di Teluk.

Kantor komunikasi pemerintah Arab Saudi, Kementerian Luar Negeri dan Pemerintah Suriah tidak menanggapi permintaan komentar.

Televisi pemerintah Saudi kemudian mengonfirmasi, pembicaraan sedang berlangsung dengan Kementerian Luar Negeri Suriah untuk melanjutkan layanan konsuler, mengutip seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Saudi.

Sumber-sumber tersebut berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas subjek.

Diketahui, Amerika Serikat dan beberapa sekutu regionalnya, termasuk Arab Saudi dan Qatar yang dipimpin oleh kelompok Sunni, telah mendukung beberapa pemberontak Suriah. Sementara, Presiden Assad mampu mengalahkan pemberontakan di sebagian besar wilayah Suriah berkat dukungan dari Syiah Iran dan Rusia.

Amerika Serikat sendiri diketahui telah menentang langkah negara-negara regional untuk menormalkan hubungan dengan Pemerintahan Assad, dengan alasan kebrutalan pemerintahnya selama konflik dan kebutuhan untuk melihat kemajuan menuju solusi politik.

Ketika ditanya mengenai pemulihan hubungan ini, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, "sikap AS terhadap normalisasi tidak berubah" dan bahwa AS tidak akan mendorong negara-negara lain untuk menormalkan hubungan dengan Presiden Assad."

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, pada awal bulan ini mengatakan pendekatan dengan Pemerintahan Presiden Assad, dapat mengarah pada kembalinya Suriah ke Liga Arab. Meski, saat ini dinilai masih terlalu dini untuk membahas langkah tersebut.

Diplomat tersebut mengatakan, pembicaraan Suriah-Saudi dapat membuka jalan bagi pemungutan suara untuk mencabut skorsing Suriah pada KTT Arab berikutnya, yang diperkirakan akan diadakan di Arab Saudi pada Bulan April.

Meskipun Presiden Assad telah menjalin hubungan baru dengan negara-negara Arab yang pernah menjauhinya, sanksi AS tetap menjadi faktor penghambat utama bagi negara-negara yang ingin memperluas hubungan komersial.