Pertama dalam Tujuh Tahun, Menlu Iran dan Arab Saudi Bakal Bertemu Secara Resmi di China Besok
Menlu Iran Hossein Amirabdollahian dan Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saudi, (Wikimedia Commons/khamenei ir/President gov ua)

Bagikan:

JAKARTA - Diplomat tertinggi Iran dan Arab Saudi dikabarkan akan bertemu di Beijing pada Hari Kamis, kata seorang pejabat Iran dan surat kabar milik Saudi, saat kedua negara yang lama menjadi rival ini tengah berupaya memulihkan hubungan diplomatik dengan perantara China.

Pertemuan antara Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dan mitranya dari Iran, Hossein Amirabdollahian, akan menjadi pertemuan formal pertama antara diplomat Arab Saudi dan Iran yang paling senior dalam lebih dari tujuh tahun terakhir.

Setelah bertahun-tahun permusuhan yang memicu konflik di seluruh Timur Tengah, Teheran dan Riyadh sepakat untuk mengakhiri keretakan diplomatik mereka dan membuka kembali kedutaan besar mereka dalam sebuah kesepakatan besar yang difasilitasi oleh China bulan lalu.

"Para utusan utama sepakat untuk bertemu pada 6 April di Beijing karena kesepakatan ini difasilitasi oleh Cina," kata seorang pejabat senior Iran kepada Reuters, seperti dilansir 5 April.

China kembali dipilih menjadi tempat pertemuan, setelah dinilai berperan positif dalam mencapai kesepakatan dan memfasilitasi komunikasi antara kedua negara," lapor surat kabar Asharq al-Awasat milik Saudi mengutip sumber tak dikenal di Riyadh.

Dimulainya kembali hubungan yang diumumkan bulan lalu dan pengaturan untuk pertukaran duta besar akan dibahas dalam pertemuan tersebut, tambahnya.

Peran rahasia Beijing dalam terobosan antara Teheran dan Riyadh mengguncang dinamika di Timur Tengah, di mana Amerika Serikat selama beberapa dekade menjadi mediator utama, melenturkan otot-otot keamanan dan diplomatiknya.

"Era keterlibatan Amerika Serikat di wilayah ini telah berakhir ... Negara-negara regional mampu menjaga keamanan dan stabilitas di Timur Tengah tanpa campur tangan Washington," ujar seorang pejabat Iran lainnya.

"Langkah-langkah selanjutnya akan dibahas dalam pertemuan di Beijing, seperti pembukaan kembali kedutaan-kedutaan besar dan penunjukan duta besar," lanjutnya.

Diketahui, Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada tahun 2016, setelah kedutaan besarnya di Teheran diserbu selama perselisihan antara kedua negara atas eksekusi Riyadh terhadap seorang ulama Syiah. Kerajaan kemudian meminta para diplomat Iran untuk pergi dalam waktu 48 jam, sementara mereka mengevakuasi staf kedutaan dari Teheran.

Hubungan tersebut telah memburuk sejak 2015, setelah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab melakukan intervensi dalam perang Yaman.

Bagi Arab Saudi, kesepakatan ini bisa berarti peningkatan keamanan. Kerajaan ini menyalahkan Iran karena mempersenjatai Houthi yang melakukan serangan rudal dan pesawat tak berawak ke kota-kota dan fasilitas-fasilitas minyaknya.