Bagikan:

JAKARTA - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) memastikan akan mengambil tindakan yang diperlukan, usai serangan drone yang menewaskan tiga tentaranya di Yordania, namun di sisi lain menggaris bawahi keengganan untuk berperang dengan Iran.

Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin pada Hari Senin bersumpah bahwa Amerika akan mengambil "semua tindakan yang diperlukan" untuk membela pasukannya, setelah serangan pesawat tak berawak mematikan di Yordania yang dikatakan dilakukan oleh militan yang didukung Iran.

Selain menewaskan tiga tentara, serangan mematikan pertama terhadap pasukan AS sejak pecah konflik Hamas-Israel pada Hari Minggu itu, melukai lebih dari 40 tentara lainnya, meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

"Izinkan saya memulai dengan kemarahan dan kesedihan saya (atas) kematian tiga tentara Amerika yang gagah berani di Yordania dan tentara lainnya yang terluka," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Pentagon, melansir Reuters 30 Januari.

"Presiden dan saya tidak akan mentolerir serangan terhadap pasukan AS dan kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela AS dan pasukan kami," tambahnya, pada awal pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Pentagon.

Di sisi lain, para pejabat di Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan, mereka tidak ingin situasi ini meningkat, dengan Pentagon menyatakan Iran juga tidak menginginkan perang.

Namun para pejabat di pemerintahan Biden mengatakan mereka tidak ingin situasi ini meningkat. Pentagon menyatakan Iran juga tidak menginginkan perang.

"Kami jelas tidak menginginkan perang dan sejujurnya kami tidak melihat Iran ingin berperang dengan Amerika Serikat," kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh kepada wartawan, menambahkan Pentagon yakin Iran juga tidak menginginkan perang.

"Kami tidak mencari konflik dengan rezim dengan cara militer," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, seraya menambahkan Presiden Biden sedang berupaya mencari opsi respons.

Terpisah, Amerika Serikat sendiri sedang mencoba untuk mengetahui secara pasti mengapa hampir 350 tentara di pangkalan di Yordania, yang dikenal sebagai Tower 22, tidak mampu menghentikan drone tersebut.

Dua pejabat mengatakan sebuah pesawat tak berawak AS mendekati pangkalan itu pada waktu yang hampir bersamaan dengan kedatangan pesawat tak berawak tersebut. Salah satu pejabat mengatakan, drone penyerang juga terbang rendah, faktor-faktor yang mungkin menyebabkan drone tersebut luput dari pertahanan pangkalan.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden dalam keterangannya mengatakan serangan itu dilakukan kelompok militan radikal yang beroperasi di Suriah dan Irak yang didukung Iran.

"Meskipun kami masih mengumpulkan fakta-fakta mengenai serangan ini, kami tahu bahwa serangan tersebut dilakukan oleh kelompok militan radikal yang didukung Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak," kata Presiden Biden, dikutip dari CNN.

Berjanji Negeri Paman Sam "akan meminta pertanggungjawaban semua pihak yang bertanggung jawab pada waktu dan cara yang kami pilih". Presiden Biden menyebut tentaranya yang tewas sebagai "patriot", memuji keberanian mereka dan menyampaikan kesedihannya, mengatakan itu sebagai "serangan yang tercela dan sepenuhnya tidak adil."

"Bersama-sama, kami akan menjaga kewajiban suci yang kami emban terhadap keluarga mereka. Kami akan berusaha untuk menjadi layak atas kehormatan dan keberanian mereka. Kami akan meneruskan komitmen mereka untuk memerangi terorisme," tegasnya.

Diketahui, pasukan AS telah diserang lebih dari 160 kali di Irak, Suriah dan Yordania sejak 7 Oktober.

Para ahli telah memperingatkan, setiap serangan terhadap pasukan Iran di wilayah Iran dapa