JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan telah mengambil keputusan bagaimana menanggapi serangan drone yang menewaskan tiga tentara dan melukai puluhan lainnya di Yordania, tapi, enggan memicu perang baru di kawasan Timur Tengah.
Berbicara saat meninggalkan Gedung Putih untuk kampanye di Florida usai berkonsultasi dengan penasihat utama di Gedung Putih, Presiden Biden tidak menjelaskan lebih jauh.
Presiden Biden, mengatakan Amerika Serikat tidak memerlukan perang yang lebih luas di Timur Tengah, senada dengan komentar para pejabat lain pada Selasa, Washington tidak menginginkan perang dengan Iran.
Meski Presiden Biden telah mempertimbangkan pilihannya dan diperkirakan akan ada serangan balasan, namun waktu responsnya masih belum ditentukan.
"Saya rasa kita tidak memerlukan perang yang lebih luas di Timur Tengah. Bukan itu yang saya cari," ujar Presiden Biden, dilansir dari Reuters 31 Januari.
Presiden Biden menjawab "ya" ketika ditanya apakah dia telah memutuskan bagaimana menanggapi serangan tersebut.
Ketika ditanya apakah Iran bertanggung jawab, Presiden Biden menambahkan: "Saya menganggap mereka bertanggung jawab dalam artian mereka memasok senjata."
Namun, Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan di pesawat Air Force One saat Biden terbang ke Florida, Amerika Serikat dapat merespons lebih dari satu kali.
"Adalah adil bagi Anda untuk berharap kami akan merespons dengan cara yang tepat dan sangat mungkin, apa yang Anda akan lihat adalah pendekatan berjenjang di sini, bukan hanya satu tindakan, namun pada dasarnya beberapa tindakan," jelasnya.
BACA JUGA:
-
| BERITA
Kataib Hizbullah Tangguhkan Operasi Militernya di Irak Usai Tiga Tentara AS Tewas
31 Januari 2024, 06:10
Diketahui, tiga tentara AS tewas dan sedikitnya 34 lainnya luka-luka dalam serangan pesawat tak berawak oleh militan yang didukung Iran di timur laut Yordania dekat perbatasan Suriah, kata para pejabat Hari Minggu.
Presiden Biden sendiri berada di bawah tekanan untuk memberikan tanggapan yang tegas, ketika Partai Republik menuduh presiden dari Partai Demokrat itu membiarkan tentara Amerika menjadi sasaran empuk.
