Bagikan:

JAKARTA - Kremlin meminta semua pihak untuk menahan diri saat tensi di Timur Tengah memanas, usai serangan drone yang menewaskan tentara Amerika Serikat di Yordania, mengatakan diperlukan langkah-langkah untuk meredakan ketegangan.

"Kami tidak menyambut baik tindakan apa pun yang mengarah pada destabilisasi di kawasan dan meningkatkan ketegangan, terutama dengan latar belakang potensi konflik yang berlebihan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, melansir TASS 30 Januari.

"Kami tidak akan menyambut kelanjutan tindakan seperti itu, terlepas dari siapa pelakunya. Tingkat ketegangan saat ini sedang tinggi dan kami perlu mengambil langkah-langkah untuk meredakan ketegangan. Inilah yang akan mencegah konflik meluas," urai Peskov.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin pada Hari Senin bersumpah bahwa Amerika akan mengambil "semua tindakan yang diperlukan" untuk membela pasukannya, setelah serangan pesawat tak berawak mematikan di Yordania yang dikatakan dilakukan oleh militan yang didukung Iran.

Selain menewaskan tiga tentara, serangan mematikan pertama terhadap pasukan AS sejak pecah konflik Hamas-Israel pada Hari Minggu itu, melukai lebih dari 40 tentara lainnya, meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

"Izinkan saya memulai dengan kemarahan dan kesedihan saya (atas) kematian tiga tentara Amerika yang gagah berani di Yordania dan tentara lainnya yang terluka," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Pentagon, melansir Reuters.

"Presiden dan saya tidak akan mentolerir serangan terhadap pasukan AS dan kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela AS dan pasukan kami," tambahnya, pada awal pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Pentagon.

Di sisi lain, para pejabat di Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan, mereka tidak ingin situasi ini meningkat, dengan Pentagon menyatakan Iran juga tidak menginginkan perang.

"Kami jelas tidak menginginkan perang dan sejujurnya kami tidak melihat Iran ingin berperang dengan Amerika Serikat," kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh kepada wartawan, menambahkan Pentagon yakin Iran juga tidak menginginkan perang.

"Kami tidak mencari konflik dengan rezim dengan cara militer," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, seraya menambahkan Presiden Biden sedang berupaya mencari opsi respons.

Amerika Serikat sendiri sedang mencoba untuk mengetahui secara pasti mengapa hampir 350 tentara di pangkalan di Yordania, yang dikenal sebagai Tower 22, tidak mampu menghentikan drone tersebut.

Terpisah, otoritas Iran mengatakan Kawasan Timur Tengah tidak membutuhkan perang baru, usai tiga tentara Amerika Serikat tewas akibat serangan drone di Yordania, mengatakan Teheran tidak terkait dengan hal tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Hari Senin, kelompok-kelompok "perlawanan regional" tidak menerima perintah dari Iran.

"Kami percaya kawasan ini tidak membutuhkan lebih banyak ketegangan atau perang baru," katanya, melansir CNN.

Diketahui, Rusia menikmati hubungan yang semakin dekat dengan Iran, pada saat hubungan mereka dengan Amerika Serikat berada pada titik terendah sejak krisis rudal Kuba tahun 1962, terkait apa yang disebut Moskow sebagai “operasi militer khusus” di Ukraina.