JAKARTA - Kondisi COVID-19 di tahun 2021 menjadi hal yang tak terprediksi dari awal pandemi pada 2020. Harapan Indonesia bisa keluar dari pandemi dengan upaya vaksinasi ternyata belum bisa terwujud. Bahkan, beban penanggulangan pandemi tahun ini lebih berat dibanding tahun lalu.
Di awal Tahun 2021, lonjakan kasus COVID-19 pertama terjadi di Indonesia. Setelah periode libur Maulid Nabi dilanjutkan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021, kasus merangkak naik hingga pada puncaknya tanggal 25 Januari 2021.
Lonjakan kasus pertama ini berhasil diturunkan selama 15 minggu berturut-turut. Pemerintah melakukan pengendalian dengan menerapkan PPKM Mikro dan posko pada tiap desa atau kelurahan. Pada masa ini, vaksinasi COVID-19 mulai disuntikkan pada tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik, disusul masyarakat umum.
Lalu, kebijakan-kebijakan ini berperan dalam menurunnya kasus hingga sebesar 70,5 persen dari puncak kasus pertama dan mencapai titik kasus terendah pada pertengahan bulan Mei.
Lonjakan kedua mulai terjadi pada bulan Juli. Lonjakan ini disebabkan oleh masuknya COVID-19 varian Delta yang diberi peluang untuk menular di tengah masyarakat melalui tingginya mobilitas selama periode Idulfitri.
Sayangnya, kebijakan pengadaan mudik tidak cukup dalam menurunkan mobilitas penduduk di masa ini. Alhasil, kasus melonjak signifikan hingga mencapai puncaknya sebesar 1.200 persen dari titik terendah pada bulan Mei hanya dalam waktu 9 minggu saja.
Pemerintah pun menerapkan berbagai upaya pengetatan mobilitas, mulai dari PPKM darurat, pengetatan PPKM Mikro, hingga PPKM leveling untuk menekan penyebaran kasus.
Berkat usaha keras seluruh pihak khususnya peran aktif masyarakat dalam menurunkan kasus, lonjakan kedua berhasil ditangani dan hingga saat ini kasus telah turun selama 23 minggu berturut-turut sejak puncak kedua.
Di akhir tahun ini, kasus COVID-19 telah berhasil diturunkan hingga 99,6 dari puncak kasus tertinggi. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan penambahan kasus positif pada bulan Januari, bahkan lebih rendah dibandingkan periode sebelum lonjakan pertama.
Lebih lanjut, bila melihat perkembangan kesembuhan COVID-19, persentase kesembuhan yang pernah berada pada angka terendah, yaitu 79,28 persen, telah berhasil ditingkatkan kembali pada saat ini yang angkanya sebesar 96,51 persen.
Lalu, di tahun ini, angka kematian harian sempat mencapai titik tertinggi pada lonjakan kasus kedua, yaitu merenggut 2.048 nyawa dalam satu hari saja. Saat ini, per tanggal 30 Desember kemarin, jumlah orang yang meninggal harian karena COVID-19 setelah turun drastis menjadi 7 orang dalam sehari. Bahkan, angka kematian pernah mencapai angka terendah yaitu 1 kematian dalam sehari pada tanggal 28 November lalu.
Di penghujung tahun 2021, ketika kondisi pandemi di Indonesia sudah lebih terkendali, ternyata kita masih dibayang-bayangi oleh lonjakan kasus selanjutnya. Penyebabnya adalah masuknya varian Omicron yang kini juga telah menyebar lewat transmisi lokal
BACA JUGA:
Hingga 29 Desember 2021 ada penambahan kasus konfirmasi Omicron sebanyak 21 kasus yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri. Sehingga total kasus Omicron sebanyak 68 orang.
Berdasarkan WHO HQ. Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): Technical Brief and Priority Actions for Member States pada 23 December 2021, disebutkan bahwa varian Omicron memiliki karakteristik penularan yang lebih cepat daripada varian Delta pada negara-negara yang telah mengalami transmisi komunitas.
Meski ada kemungkinan akan terjadi peningkatan penambahan kasus yang cepat akibat Omicron, hal ini diiringi dengan tingkat penggunaan tempat tidur rumah sakit atau ICU yang lebih rendah dibandingkan dengan periode Delta.