Bagikan:

JAKARTA - Ekonom Senior Institute for Development of Economics (Indef) Faisal Basri memproyeksikan bahwa Indonesia masih akan mengalami kontraksi ekonomi hingga kuartal I 2021. Ia mengatakan, perbaikan ekonomi baru akan terjadi di kuartal II tahun depan.

Bahkan, kata Faisal, kontraksi ekonomi Indonesia ini akan berlangsung lebih lama jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

"Kalau kita lihat akibat pandemi ini saya perkirakan ekonomi akan mengalami kontraksi relatif lebih lama. Jadi kita baru positif growth di kuartal II tahun depan," tuturnya, dalam diskusi virtual, Kamis, 26 November.

Faisal menjelaskan, pada kuartal I tahun depan, pertumbuhan ekonomi tercatat masih minus 0,7 persen. Pertumbuhan ekonomi baru kembali positif sebesar 1,4 persen di kuartal II.

Adapun secara keseluruhan, Indef memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2021 hanya akan mencapai level pertumbuhan sebesar 3 persen, lebih rendah dari proyeksi pemerintah sebesar 5 persen.

Meski tren kinerja perekonomian kian membaik, ia memprediksi, jumlah penularan COVID-19 di Indonesia baru mencapai puncak gelombang pertama di kisaran bulan Januari dan Februari.

"Vaksinnya belum teruji seperti Pfizer dan Moderna, belum teruji efektivitasnya berapa tapi sudah dipesan. Sekali lagi vaksinnya belum jelas," tuturnya.

Faisal menekankan faktor utama yang akan menentukan proses pemulihan dan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan adalah pandemi COVID-19. Tingginya ketidakpastian ini masih akan menahan konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas sehingga konsumsi secara keseluruhan masih akan tertekan pada 2021.

"Masyarakat di kasih BLT dan dikasih apa tidak efektif juga. Karena bayang-bayang virus ini masih menghantui mereka. Sehingga mereka lebih baik menurunkan konsumsi dan menaruh uangnya di bank. Dana pihak ketiga di bank naik terus. Terakhir 12,1 persen," katanya.