Kemenkes: Gelombang Ketiga COVID-19 Sebuah Keniscayaan
Ilustrasi jaga jarak (Photo by Barthelemy de Mazenod on Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut gelombang ketiga atau lonjakan kasus COVID-19 yang ketiga di Indonesia pasti akan terjadi. Meskipun, saat ini kondisi pandemi terhitung terkendali.

"Gelombang ketiga itu adalah sebuah keniscayaan, karena kita lihat salah satu publikasi ilmiah sudah mengatakan bahwa pola penyakit COVID-19 ini akan menimbulkan beberapa gelombang," kata Nadia dalam diskusi virtual, dikutip Jumat, 22 Oktober.

Artinya, kata Nadia, COVID-19 tidak cukup dengan satu puncak gelombang, kemudian turun dan akhirnya kasusnya terus melandai.

Nadia mencontohkan di negara dengan cakupan vaksinasi tinggi saja tetap bisa terjadi gelombang ketiga karena pelonggaran protokol kesehatan yang terlalu masif seperti Inggris, Amerika, dan Israel.

"Mereka juga terjadi peningkatan kasus, walaupun kematian maupun kesakitannya relatif lebih rendah. Jadi, sudah ada contoh negara-negara yang masuk gelombang ketiga," ungkap Nadia.

Terlebih, saat ini varian Delta adalah jenis mutasi virus yang masih mendominasi di Indonesia. Seperti yang diketahui, varian delta adalah jenis COVID-19 yang sangat ganas dan sifatnya infeksius.

"Varian Delta akan cepat menyebar, menuggu kapan kita lengah sehingga kta akan menimbulkan penyebaran yang luas dalam masyarakt yang berakibat pada peningkatan kasus," jelas Nadia.

Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes ini menuturkan, gelombang ketiga bakal terjadi di Indonesia jika protokol kesehatan di masyarakat semakin lengah, terlebih akan ada libur akhir tahun dan beberapa hari raya keagamaan yang meningkatkan mobilitas.

"Potensi-potensi ini yang menyebabkan keniscayaan akan gelombang ketiga itu pasti terjadi, tentunya kita harus terus menerus mengingat ke masyarakat bahwa pandemi belum selesai," jelasnya.

Sebagai informasi, Indonesia mengalami gelombang pertama COVID-19 pada bulan November 2020 sampai Januari 2021. Lonjakan kasus ini terjadi usai libur panjang Maulid Nabi, yang dilanjutkan libur Natal dan tahun baru 2021.

Setelah sempat melandai, kasus COVID-19 di Indonesia kembali melonjak dan memasuki gelombang kedua pada Juni-Juli 2021. Hal ini terjadi akibat libur lebaran dan masuknya varian Delta.