Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR Anas Thahir, meminta masyarakat tetap mewaspadai penularan virus COVID-19 dan terus mendukung kebijakan pemerintah dalam pengendaliannya. Terlebih, varian baru terus bermunculan dan bisa menjadi ancaman adanya gelombang ketiga COVID-19.

Menurutnya, masyarakat jangan lengah lantaran kasus COVID-19 di tanah air sudah menurun. Bahkan, kata dia, John Hopkins University menilai Indonesia sebagai one of the best dalam menangani kasus COVID-19.

 

"Jangan sampai sebutan itu lantas membuat kita menjadi jemawa. Kita harus tetap waspada terhadap kemungkinan penyebaran COVID-19," ujar Anas, Selasa, 21 September. 

Menurutnya, pemerintah harus terus siaga menyiapkan diri menghadapi berbagai kemungkinan, khususnya isu gelombang ketiga pada akhir tahun ini. Dirinya pun meminta masyarakat harus tetap disiplin dan bersedia bekerja sama melawan pandemi COVID-19.

"Disiplin terhadap protokol kesehatan harus tetap dilakukan, karena itu jalan terbaik pengendalian COVID-19. Mendukung kebijakan pemerintah, salah satunya dengan disiplin tersebut," katanya.

 

Sementara, Juru Bicara (Jubir) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, membenarkan adanya potensi gelombang ketiga pandemi COVID-19 di Indonesia. Sebelumnya diprediksi, lonjakan kasus akan terjadi pada akhir tahun atau Desember mendatang. 
 

Karena itu, Siti Nadia mengingatkan, agar mobilitas dan aktifitas masyarakat harus diimbangi dengan protokol kesehatan (prokes) ketat. 

"Jadi sangat memungkinkan pola yang terjadi, bahkan di Amerika dan di Eropa saat ini mereka juga sedang menghadapi gelombang ketiga," ujar Nadia dalam keterangannya, Selasa, 21 September. 

Bahkan, lanjutnya, di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura pun masih terjadi kenaikan kasus COVID-19 dan belum menyelesaikan gelombang kedua Corona.

"Malaysia, Singapura juga sebenarnya belum menyelesaikan gelombang keduanya. Jadi, sebenarnya kita lebih dulu untuk menyelesaikan gelombang kedua, untuk kemudian menurunkan laju penularan kedua. Nah, artinya (gelombang ketiga) sangat memungkinkan ya," jelas Nadia.

"Apalagi tadi ya, di negara-negara kita-kita ini masih sangat tinggi kasusnya. Nah itu sangat berpotensi untuk kemudian bisa berkontribusi pada peningkatan kasus di Indonesia. Karena kita tahu ya, sudah dekat sekali seperti Malaysia dan Singapura itu," sambungnya.

Nadia menegaskan, prokes ketat wajib dilaksanakan dengan disiplin, sejalan dengan aktivitas masyarakat yang mulai dibuka dalam perpanjangan PPKM berlevel.

"Kembali lagi kita harus ingat bahwa selain protokol kesehatan tetap kita laksanakan, ditambah tadi penggunaan aplikasi teknologi Pedulilindungi, kemudian upaya untuk mendorong testing yang lebih masif juga harus dijalankan walaupun kita tahu kasusnya sudah sangat menurun," ujar Nadia.

 

 

Pemerintah Lebih Siap Antisipasi Gelombang Ketiga COVID-19 

 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) sekaligus koordinator PPKM, Luhut Binsar Pandjaitan mengaku pihaknya sudah lebih siap mengantisipasi gelombang ketiga COVID-19. Pemerintah, akan menjaga kasus harian COVID-19 pada level 2.700 hingga 3.000 kasus.
 

“Untuk mengantisipasi agar tidak sampai terjadi gelombang ketiga jumlah kasus disarankan ditahan pada tingkat 10 kasus per juta penduduk per hari, atau dalam kasus Indonesia berkisar 2.700 atau 3.000-an kasus. Saya rasa kami sudah lebih siap," kata Luhut dalam keterangannya, Selasa, 21 September. 

Luhut juga meyakini Indonesia akan bisa mengendalikan pandemi dengan target tersebut. Kuncinya menurut dia yakni 3T, 3M, penggunaan PeduliLindungi serta vaksinasi yang masif.

"Oleh karena itu, kita jangan cepat-cepat euforia terhadap kondisi ini, karena sangat mungkin terjadi hal-hal yang di luar dugaan kita. Karena masih banyak ketidaktahuan kita mengenai delta varian dan sebangsanya itu," katanya.

Menurutnya, capaian kasus harian juga menunjukkan tren yang terus membaik. Kasus konfirmasi secara nasional hari ini berada di bawah 2.000 kasus dan kasus aktif sudah lebih rendah dari 60 ribu.

“Untuk Jawa-Bali, kasus harian turun hingga 98,0 persen dari titik puncaknya pada 15 Juli lalu. Kunci menahan gelombang baru adalah mengendalikan jumlah kasus pada masa strolling (ketika kasus sedang rendah),” tandasnya.