Bagikan:

JAKARTA - Presiden pertama Uni Soviet, Mikhail Gorbachev percaya Pemerintah Soviet telah meremehkan skala masalah antar-etnis di Uni Soviet dan perlunya reformasi negara.

Pemimpin kharismatik ini yakin, negara itu bisa bertahan bahkan setelah upaya kudeta pemerintah Agustus 1991 sebagai Persatuan Negara Berdaulat.

"Awalnya kami meremehkan skala dan kedalaman masalah dalam hubungan antar-etnis dan hubungan antara pusat dan republik. Kami membutuhkan waktu terlalu lama untuk menyadari bahwa Persatuan membutuhkan pembaruan," kata Gorbachev kepada TASS seperti dikutip 25 Desember.

Dia menjelaskan, tujuan otoritas Soviet adalah "untuk melestarikan serikat dan untuk menciptakan federasi nyata dengan kedaulatan nyata untuk republik, yang mendelegasikan sebagian dari kekuatan mereka ke pusat."

"Keamanan, pertahanan, jaringan transportasi, mata uang tunggal, dan hak asasi manusia tetap berada di tangan otoritas serikat pekerja di bawah rancangan perjanjian serikat pekerja. Saya yakin itu adalah opsi yang layak dan sebagian besar republik akan mendukungnya. Tapi, kudeta mengacaukan kemungkinan ini," papar Gorbachev.

"Bahkan setelah kudeta, ketika republik-republik memproklamasikan kemerdekaan mereka dan kekuasaan presiden Soviet melemah secara serius, saya tetap yakin bahwa persatuan itu dapat dipertahankan. Saya mengusulkan Persatuan Negara-Negara Berdaulat," sambungnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, serikat seperti itu akan menjadi konfederasi dengan republik-republik konstituen menikmati kekuatan yang lebih luas lagi.

"Untuk satu, mereka akan menjadi anggota PBB. Sementara, Uni akan mempertahankan kursinya di Dewan Keamanan. Angkatan bersenjata dan senjata nuklir akan tetap berada di bawah satu komando. Saya yakin ini akan jauh lebih baik daripada apa yang mengikuti keruntuhan Uni Soviet dalam kenyataan," papar Gorbachev.

Untuk diketahui, Mikhail Gorbachev mengundurkan diri sebagai presiden Uni Soviet pada 25 Desember 1991. Uni Soviet bubar pada hari yang sama.