Bagikan:

JAKARTA - Pasukan Bela Diri (SDF) Jepang dan militer AS telah menyusun rancangan rencana operasi bersama yang akan memungkinkan pengaturan pangkalan serangan di sepanjang rantai Pulau Nansei di barat daya, jika terjadi kontingensi Taiwan, menurut sumber pemerintah Jepang.

Jepang dan Amerika Serikat kemungkinan akan setuju untuk mulai bekerja sama meresmikan rencana operasi, ketika kepala luar negeri dan pertahanan mereka bertemu pada awal Januari di bawah kerangka '2+2', sumber tersebut mengatakan kepada Kyodo News seperti dikutip 23 Desember.

Perkembangan tersebut kemungkinan akan mendapat reaksi balasan dari China, yang menganggap pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai provinsi pemberontak, dan ingin menyatukannya kembali dengan daratan, jika perlu secara paksa.

Di bawah rancangan rencana, Marinir AS akan mendirikan pangkalan serangan sementara pada tahap awal kontingensi di Kepulauan Nansei, rantai yang membentang ke barat daya dari prefektur Jepang Kagoshima dan Okinawa menuju Taiwan. Okinawa menjadi tuan rumah sebagian besar instalasi militer AS di Jepang.

Militer AS akan mendapatkan dukungan dari SDF untuk mengirim pasukan ke pulau-pulau itu jika kontingensi Taiwan tampaknya sudah dekat, sambung sumber tersebut.

Pengerahan seperti itu, bagaimanapun, akan membuat pulau-pulau itu menjadi sasaran serangan militer China, yang membahayakan nyawa penduduk di sana. Perubahan hukum akan diperlukan di Jepang untuk mewujudkan rencana tersebut, jelas sumber tersebut.

militer as dan jepang
Latihan bersama kapal perang Jepang dan AS. (Wikimedia Commons/US Navy/MC2 Markus Castaneda)

Pasukan SDF Jepang dan AS memiliki sekitar 40 lokasi kandidat di sepanjang rantai Nansei, yang terdiri dari sekitar 200 pulau, termasuk pulau yang tidak berpenghuni.

Sebagian besar lokasi memiliki penduduk dan pulau-pulau di mana SDF telah dikerahkan atau berencana untuk menyebarkan unit rudal, Amami-Oshima, Miyako dan Ishigaki dekat Kepulauan Senkaku yang dikendalikan oleh Jepang tetapi diklaim oleh China, termasuk di antara kandidat, kata sumber tersebut.

Sebagai sekutu keamanan lama, Jepang dan Amerika Serikat telah memperkuat kerja sama pertahanan dan meningkatkan interoperabilitas SDF dan militer AS. Mereka menghadapi ancaman dari pembangunan militer China dan gerakan tegas di laut serta pengembangan nuklir dan rudal Korea Utara.

Korps Marinir AS memiliki manual operasi pangkalan ekspedisi lanjutan untuk mengirim Marinir dalam formasi kecil ke lokasi yang diperlukan, tampaknya mengingat langkah tegas China.

Sementara itu, sumber pemerintah Jepang mengatakan Komando Indo-Pasifik AS telah mengusulkan kepada SDF untuk membuat rencana operasi bersama.

Kondisi di mana militer AS akan mendirikan pangkalan sementara adalah ketika pemerintah Jepang menilai, konflik antara militer China dan Taiwan akan merusak perdamaian dan keamanan Jepang, jika dibiarkan apa adanya, terang sumber tersebut.

militer jepang dan as
Latihan penembakan artileri oleh militer Jepang dan AS. (Wikimedia Commons/Staff Sgt. Mark Miranda)

Dalam skenario seperti itu, militer AS akan mengerahkan sistem roket artileri mobilitas tinggi (HIMARS) ke lokasi pangkalan sementara, sedangkan SDF akan ditugaskan dengan dukungan logistik dengan menyediakan amunisi dan bahan bakar. Untuk mencegah serangan, Marinir AS akan mengubah lokasi pangkalan, tambah sumber tersebut.

Diketahui, Amerika Serikat telah mengeraskan pendiriannya terhadap China karena persaingan keunggulan ekonomi, teknologi dan militer. Jepang, pada bagiannya, telah melihat hubungannya dengan China berantakan karena sejarah dan Senkaku, sekelompok pulau tak berpenghuni di Laut China Timur.

Menggarisbawahi kewaspadaan yang meningkat, Jepang dan Amerika Serikat menekankan dalam sebuah pernyataan bersama pentingnya "perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan" ketika para pemimpin mereka bertemu pada bulan April.

Ini adalah pertama kalinya dalam setengah abad bagi para pemimpin kedua negara untuk menyebut Taiwan dalam sebuah pernyataan. Amerika Serikat akan membantu Taiwan jika China beralih ke penggunaan kekuatan.

Untuk diketahui, selama acara think-tank Taiwan pada awal Desember, mantan Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan segala kemungkinan Taiwan juga akan menjadi keadaan darurat bagi Jepang dan bagi aliansi keamanan Jepang-AS.