Taiwan Sebut Puluhan Penerbangan akan Terdampak Penerapan Zona Larangan Terbang China
Taiwan Taouyuan International Airport. (Wikimedia Commons/Ray Swi-hymn)

Bagikan:

JAKARTA - Rencana China untuk menerapkan zona larangan terbang di wilayah utara Taiwan pada 16 April mendatang, akan memengaruhi sekitar 33 penerbangan, lapor kantor berita resmi Taiwan.

Dampak pada penerbangan sangat berkurang setelah Taiwan mengatakan telah berhasil mendesak China untuk secara drastis mempersempit rencananya untuk menutup ruang udara di utara pulau itu, kata Menteri Transportasi Wang Kwo-tsai, mengutip Reuters dari Central News Agency (CNA) 13 April.

Dilaporkan sebelumnya, China semula menginformasikan kepada Taiwan, terkait rencana penerapan zona larangan pada 16-18 April mendatang.

Tetapi, Kementerian Transportasi Taiwan mengatakan, rencana tersebut kemudian berubah dan dikurangi menjadi hanya 27 menit pada Minggu pagi, setelah protes dari Taipei.

Menteri Wang mengatakan, kementerian telah berdiskusi dengan otoritas penerbangan Jepang yang akan mengeluarkan pemberitahuan pada Kamis malam kepada kapal dan pesawat untuk menghindari daerah tersebut selama periode tertentu pada Minggu pagi, kata CNA.

Ditambahkan oleh Wang, penerapan zona larangan tersebut menyebabkan penambahan waktu perjalanan kurang dari satu jam bagi penerbangan yang terdampak, karena mereka harus mengalihkan lebih jauh ke selatan dari rute aslinya.

Kementerian transportasi Taiwan pada Hari Rabu menerbitkan peta yang menunjukkan apa yang diberi label "zona aktivitas kedirgantaraan" China di timur laut Taiwan, serta dekat sekelompok pulau yang disengketakan yang disebut Diaoyu oleh China dan Senkaku oleh Jepang.

Perkembangan tersebut mengikuti latihan militer intensif selama berhari-hari yang dilakukan China di sekitar Taiwan, sebagai tanggapan atas pertemuan Presiden Tsai Ing-wen dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy di California, Amerika Serikat pekan lalu.

Sebelumnya, ketika China memberlakukan pembatasan ruang udara selama latihan militer Agustus lalu, ada gangguan signifikan pada penerbangan di wilayah tersebut, dengan beberapa pesawat diharuskan membawa bahan bakar ekstra, menurut OPSGROUP, sebuah koperasi industri penerbangan yang memberikan analisa tentang risiko penerbangan.